Seseorang yang shalat sendiri (munfarid) tetap dianjurkan untuk berniat menjadi imam jika ia meyakini akan ada orang datang setelahnya. Bila berniat menjadi imam, ia akan mendapatkan keutamaan shalat jamaah sekalipun niat itu dilakukan di pertengahan shalat. Namun dia tidak mendapatkan keutamaan shalat jamaah jika tidak berniat menjadi Imam baik itu dilakukan di awal shalat atau di pertengahan.
Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya menyebutkan :
وَتَصِحُّ نِيَّتُهَا مَعَ
تَحَرُّمِهِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ خَلْفَهُ أَحَدٌ، إِنْ وَثِقَ بِالْجَمَاعَةِ عَلَى
اْلاَوْجِهِ، لِاَنَّهُ سَيَصِيْرُ إِمَامًا، فَإِنْ لَمْ يَنْوِ، وَلَوْ لِعَدَمِ
عِلْمِهِ بِالْمُقْتَدِيْنِ، حَصَلَ لَهُمُ الْفَضْلُ دُوْنَهُ، وَإِنْ نَوَاهُ فِيْ الأَثْنَاءِ حَصَلَ لَهُ الفَضْلُ مِنْ
حِيْنَئِدٍ, أَمَّا فِيْ الجُمُعَةِ فَتَلْزَمُهُ مَعَ التَحَرُّمِ.
Niat
menjadi imam ketika takbiratul ihram terbilang sah kendati di belakangnya tiada
orang satupun yang mengikutinya jika ia yakin setelah itu ada orang yang
menjadi makmumnya menurut pendapat yang shahih. Ini diperbolehkan karena ia
akan menjadi Imam. Tetapi jika ia tidak berniat sebagai imam, dan tidak
mengetahui akan datangnya makmum, lalu datang jamaah, makmumnya tetap
mendapatkan keutamaan (shalat jamaah), sementara imam tidak memperoleh keutamaan
(shalat jamaah). Seandainya
ia niat berjama’ah (menjadi imam) di tengah mengerjakan shalat maka ia
mendapatkan keutamaan itu. Adapun dalam shalat jum’ah wajib baginya niat berjama’ah
saat takbiratul ihram. (Kitab Fathul Mu'in, Juz II, halaman 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar