Dalam hadits
disebutkan :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَعَدَ فِى التَّشَهُّدِ
وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى
عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَعَقَدَ ثَلاَثَةً وَخَمْسِيْنَ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ.
Dari
Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah saw ketika duduk tasyahud, beliau meletakkan
tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan meletakkan tangan kanannya di atas
lutut kanannya dan tangannya membentuk angka lima puluh tiga, dan memberi
isyarat (mengangkat) jari telunjuknya. (H. R. Muslim no. 1338)
Maksud redaksi adalah mendeskripsikan posisi tangan ketika
tasyahud, yakni membentuk angka lima puluh tiga ialah suatu isyarat dari cara
menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah disebut angka tiga, dan
menjadikan ibu jari berada di atas jari tengah dan di bawah jari telunjuk.
Isyarat ini biasa digunakan oleh ahli hisab.
Syaikh
Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya menyebutkan :
(وَوَضْعُ يَدَيْهِ فِي) قُعُوْدِ (تَشَهُّدَيْهِ عَلَى طَرِفِ رُكْبَتَيْهِ)
بِحَيْثُ تَسَامَتْهُ رُؤُوْسُ اْلاَصَابِعِ، (نَاشِرًا أَصَابِعَ يُسْرَاهُ) مَعَ
ضَمٍّ لَهَا، (وَقَابِضًا) أَصَابِعُ (يُمْنَاهُ إِلَّا الْمَسْبِحَةَ) - بِكَسْرِ
الْبَاءِ، وَهِيَ الَّتِيْ تَلِي الْاِبْهَامَ - فَيُرَسِّلُهَا. (وَ) سُنَّ (رَفْعُهَا)
- أَي الْمَسْبِحَةِ - مَعَ إِمَالَتِهَا قَلِيْلًا (عِنْدَ) هَمْزَةٍ (إِلَّا اللهُ)
لِلْاِتِّبَاعِ. (وَإِدَامَتُهُ) أَيْ الرَّفْعِ. فَلَا يَضَعُهَا بَلْ تَبْقَى مَرْفُوْعَةً
إِلَى الْقِيَامِ أَوِ السَّلَامِ، وَالْاَفْضَلُ قًبْضُ الْاِبْهَامِ بِجَنْبِهَا، بِأَنْ يَضَعَ رَأْسَ الْاِبْهَامِ عِنْدَ
أَسْفَلِهَا عَلَى حَرْفِ الرَّاحَةِ، كَعَاقِدِ ثَلَاثَةٍ وَخَمْسِيْنَ. وَلَوْ وَضَعَ
الْيُمْنَى عَلَى غَيْرِ الرُّكْبَةِ يُشِيْرُ بِسَبَّابَتِهَا حِيْنَئِذٍ، وَلَا يُسَنُّ
رَفْعُهَا خَارِجَ الصَّلَاةِ عِنْدَ إِلَّا اللهُ. (وَ) سُنَّ (نَظَرٌ إِلَيْهَا)
أَيْ قَصْرُ النَّظَرَ إِلَى الْمَسْبِحَةِ حَالَ رَفْعِهَا،
وَلَوْ مَسْتُوْرَةٌ بِنَحْوِ كَمٍّ، كَمَا قَالَ شَيْخُنَا.
Dan
Sunnah meletakkan dua tangan di waktu duduk dua tasyahudnya pada pinggir
sepasang lututnya,sehingga lutut bersejajar dengan ujung jari dalam keadaan
jari terbentang merapat, dan yang kanan mengepal selain jari telunjuk – dengan
kasrah huruf ba', yaitu jari sebelah ibu jari yang ini diluruskan. Dan sunnah
mengacungkan jari telunjujk dengan sedikit miring di waktu membaca hamzah pada
illallah sebagai ittiba', jangan diletakkan kembali sampai berdiri lagi atau
salam. Lebih utamanya ibu jari digenggam, ujungnya meletak di bawah jari
telunjuk, di tepi telapak tangan sehingga seperti membentuk angka 53. Apabila
tangan kanan di letakkan pada selain lutut, pada waktu illallah supaya
mengacungkan jari telunjuk. Tidak sunnah mengacungkan jari waktu membaca illallah
di luar shalat. Sunnah memusatkan pandangan kepada jari telunjuk ketika
mengacungkannya, dan sekalipun tertutup dengan semacam lengan baju, seperti
pendapat guru kita. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 37)
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa posisi yang tepat
ketika mengangkat jari telunjuk saat tasyahud adalah berisyarat dengan telunjuk
(tangan kanan) ketika mengucapkan Illallah dan hendaklah telunjuk itu
(terangkat membungkuk) menghadap qiblat. Selain itu terdapat hikmah yaitu agar
terkumpul isyarat tauhid dalam dirinya baik secara keyakinan, ucapan dan
perbuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar