Rabu, 11 Desember 2024

Posisi Jari Tangan Ketika Duduk Tasyahud

 


Dalam hadits disebutkan :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَعَدَ فِى التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَعَقَدَ ثَلاَثَةً وَخَمْسِيْنَ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ.

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah saw ketika duduk tasyahud, beliau meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan meletakkan tangan kanannya di atas lutut kanannya dan tangannya membentuk angka lima puluh tiga, dan memberi isyarat (mengangkat) jari telunjuknya. (H. R. Muslim no. 1338)

Maksud redaksi adalah mendeskripsikan posisi tangan ketika tasyahud, yakni membentuk angka lima puluh tiga ialah suatu isyarat dari cara menggenggam jari kelingking, jari manis dan jari tengah disebut angka tiga, dan menjadikan ibu jari berada di atas jari tengah dan di bawah jari telunjuk. Isyarat ini biasa digunakan oleh ahli hisab.

Syaikh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya menyebutkan :

(وَوَضْعُ يَدَيْهِ فِي) قُعُوْدِ (تَشَهُّدَيْهِ عَلَى طَرِفِ رُكْبَتَيْهِ) بِحَيْثُ تَسَامَتْهُ رُؤُوْسُ اْلاَصَابِعِ، (نَاشِرًا أَصَابِعَ يُسْرَاهُ) مَعَ ضَمٍّ لَهَا، (وَقَابِضًا) أَصَابِعُ (يُمْنَاهُ إِلَّا الْمَسْبِحَةَ) - بِكَسْرِ الْبَاءِ، وَهِيَ الَّتِيْ تَلِي الْاِبْهَامَ - فَيُرَسِّلُهَا. (وَ) سُنَّ (رَفْعُهَا) - أَي الْمَسْبِحَةِ - مَعَ إِمَالَتِهَا قَلِيْلًا (عِنْدَ) هَمْزَةٍ (إِلَّا اللهُ) لِلْاِتِّبَاعِ. (وَإِدَامَتُهُ) أَيْ الرَّفْعِ. فَلَا يَضَعُهَا بَلْ تَبْقَى مَرْفُوْعَةً إِلَى الْقِيَامِ أَوِ السَّلَامِ، وَالْاَفْضَلُ قًبْضُ الْاِبْهَامِ بِجَنْبِهَا، بِأَنْ يَضَعَ رَأْسَ الْاِبْهَامِ عِنْدَ أَسْفَلِهَا عَلَى حَرْفِ الرَّاحَةِ، كَعَاقِدِ ثَلَاثَةٍ وَخَمْسِيْنَ. وَلَوْ وَضَعَ الْيُمْنَى عَلَى غَيْرِ الرُّكْبَةِ يُشِيْرُ بِسَبَّابَتِهَا حِيْنَئِذٍ، وَلَا يُسَنُّ رَفْعُهَا خَارِجَ الصَّلَاةِ عِنْدَ إِلَّا اللهُ. (وَ) سُنَّ (نَظَرٌ إِلَيْهَا) أَيْ قَصْرُ النَّظَرَ إِلَى الْمَسْبِحَةِ حَالَ رَفْعِهَا، وَلَوْ مَسْتُوْرَةٌ بِنَحْوِ كَمٍّ، كَمَا قَالَ شَيْخُنَا.

Dan Sunnah meletakkan dua tangan di waktu duduk dua tasyahudnya pada pinggir sepasang lututnya,sehingga lutut bersejajar dengan ujung jari dalam keadaan jari terbentang merapat, dan yang kanan mengepal selain jari telunjuk – dengan kasrah huruf ba', yaitu jari sebelah ibu jari yang ini diluruskan. Dan sunnah mengacungkan jari telunjujk dengan sedikit miring di waktu membaca hamzah pada illallah sebagai ittiba', jangan diletakkan kembali sampai berdiri lagi atau salam. Lebih utamanya ibu jari digenggam, ujungnya meletak di bawah jari telunjuk, di tepi telapak tangan sehingga seperti membentuk angka 53. Apabila tangan kanan di letakkan pada selain lutut, pada waktu illallah supaya mengacungkan jari telunjuk. Tidak sunnah mengacungkan jari waktu membaca illallah di luar shalat. Sunnah memusatkan pandangan kepada jari telunjuk ketika mengacungkannya, dan sekalipun tertutup dengan semacam lengan baju, seperti pendapat guru kita. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 37)

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa posisi yang tepat ketika mengangkat jari telunjuk saat tasyahud adalah berisyarat dengan telunjuk (tangan kanan) ketika mengucapkan Illallah dan hendaklah telunjuk itu (terangkat membungkuk) menghadap qiblat. Selain itu terdapat hikmah yaitu agar terkumpul isyarat tauhid dalam dirinya baik secara keyakinan, ucapan dan perbuatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar