Minggu, 09 Desember 2018

Hukum Mengubah Nama




Hukum menguban nama adakalanya wajib apabila namanya itu hukumnya haram seperti Abdusysyaithan (hamba syetan), dan adakalanya sunnah apabila namanya itu hukumnya makruh seperti Himar, Kambing, dan adakalanya boleh apabila namanya itu hukumnya tidak haram juga tidak makruh, diganti dengan nama yang tidak dilarang oleh agama.

Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitabnya menegaskan :

وَيَجِبُ تَغْيِيْرِ الْأَسْمَاءِ الْمُحَرَّمَةِ وَيُسْتَحَبُّ تَغْيِيْرُ الْأَسْمَاءِ الْمَكْرُوْهَةِ
Mengubah nama-nama yang haram itu hukumnya wajib, dan mengubah nama-nama yang makruh itu hukumnya sunnah. (Kitab Tanwirul Qulub)

Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami dalam kitabnya menegaskan :

وَيُسَنُّ أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ لِخَبَرِ : { إنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَحَسِّنُوْا أَسْمَاءَكُمْ } وَأَفْضَلُ الْأَسْمَاءِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ لِخَبَرِ مُسْلِمٍ : { أَحَبُّ الْأَسْمَاءِ إلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ }. وَتُكْرَهُ الْأَسْمَاءُ الْقَبِيْحَةُ كَشِهَابٍ وَشَيْطَانٍ وَحِمَارٍ
Dan disunnahkan memperbagus nama sesuai dengan hadits (Sesungguhnya kamu akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu dan nama-nama bapakmu, maka perbaguskanlah nama-namamu). Dan seutama-utama nama adalah : Hamba Allah, dan hamba yang Maha Pemurah. Dan dalam hadits Muslim (Sesungguhnya nama-nama yang paling disukai Allah ialah nama-nama seperti : Abdullah, Abdurrahman. H.R. Muslim no. 5709). Dan dimakruhkan nama-nama yang berarti jelek seperti meteor, syetan, himar (keledai). ( Kitab Hasyiyah Al-Bujairami 'Alal Khathib, Juz XIII, halaman 256)

Dalam hadits disebutkan :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ ابْنَةً لِعُمَرَ كَانَتْ يُقَالُ لَهَا عَاصِيَةُ فَسَمَّاهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمِيلَةَ
Dari Ibnu Umar, bahwa dulu anak perempuan Umar bernama Ashiyah (Durhaka). Maka kemudian diganti oleh Rasulullah saw dengan nama Jamilah (Cantik). ( H. R. Muslim no. 5728)

Rasulullah saw juga pernah mengganti nama salah seorang sahabatnya yang bernama Hazn (kesusahan) diganti dengan nama Sahl (kelapangan). Namun ia menolak pergantian nama tersebut. Setelah penolakan itu anak-anaknya selalu tertimpa kesusahan

عَنْ عَبْدُ الْحَمِيْدِ بْنُ جُبَيْرِ بْنِ شَيْبَةَ قَالَ جَلَسْتُ إِلَى سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ فَحَدَّثَنِى أَنَّ جَدَّهُ حَزْنًا قَدِمَ عَلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا اسْمُكَ . قَالَ اسْمِى حَزْنٌ . قَالَ بَلْ أَنْتَ سَهْلٌ. قَالَ مَا أَنَا بِمُغَيِّرٍ اسْمًا سَمَّانِيْهِ أَبِى . قَالَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ فَمَا زَالَتْ فِيْنَا الْحُزُوْنَةُ بَعْدُ
Dari Abd Al-Hamid bin Jubair bin Syaibah, ia berkata : Aku duduk bersama Sa’id bin Al-Musayyab kemudian ia menceritakan kepadaku bahwa kakeknya pernah menghadap Nabi saw. Lantas Nabi bertanya : Siapa namamu? Ia pun menjawab : Namaku Hazn (kesusahan). Nabi pun berkata, tetapi kamu adalah Sahl (kelapangan). Ia (kakeknya) lalu berkata : Aku tidak akan merubah nama yang telah diberikan oleh bapakku. Lantas Ibnu Al-Musayyab berujar: Setelah itu kesusahan selalu menimpa kami. (H. R. Bukhari no. 6193)

Sayyid Bakri Syatha Ad-Dimyathi dalam kitabnya menegaskan :

وَتَحْرُمُ التَّسْمِيَّةُ أَيْضًا بِعَبْدِ الْكَعْبَةِ، أَوْ عَبْدِ الْحَسَنِ، أَوْ عَبْدِ عَلِيٍّ

Haram juga memberikan nama  dengan Abdul Ka'bah (Hamba ka'bah), Abdul Hasan (Hamba Hasan), Abdul Ali (Hamba Ali). (Kitab Hasyiyah I'anatuth Thalibin, Juz II, halaman 384)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar