Rabu, 19 Oktober 2016

Tidak wudhu setelah mandi besar



Disebutkan dalam hadits :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ وَيُصَلِّى الرَّكْعَتَيْنِ وَصَلاَةَ الْغَدَاةِ وَلاَ أُرَاهُ يُحْدِثُ وُضُوْءًا بَعْدَ الْغُسْلِ.
Dari Aisyah ia berkata, Adalah Rasulullah saw mandi besar kemudian beliau shalat dua rakaat, lalu shalat subuh, dan saya tidak melihatnya melakukan wudhu setelah mandi besar. (H. R. Abu Daud no. 25)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ مِنَ الْجَنَابَةِ.
Dari Aisyah ia berkata, Adalah Rasulullah saw tidak berwudhu setelah mandi besar. (H. R. Ibnu Majah no. 622)

Syaikh Zainuddin Al-Malibari berfatwa dalam kitabnya :

وَلَوْ أَحْدَثَ ثُمَّ أَجْنَبَ كَفَى غُسْلٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْوِ مَعَهُ اْلوُضُوْءَ وَلَا رَتَّبَ أَعْضَاءَهُ
Jika ia mempunyai hadats, kemudian junub, maka cukuplah baginya mandi besar saja walaupun ia tidak berniat wudhu dalam mandi besarnya itu dan ia tidak menertibkan membasuh anggota-anggota wudhunya. (Kitab Fathul Mu'in, Juz I, halaman 96)

Imam Syafi'i berkata dalam kitabnya :

وَلَوْ بَدَأَ فَاغْتَسَلَ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ فَأَكْمَلَ الْغُسْلَ أَجْزَأَهُ مِنْ وُضُوْءِ السَّاعَةِ لِلصَّلَاةِ وَالطَّهَارَةُ بِالْغُسْلِ أَكْثَرُ مِنْهَا بِالْوُضُوْءِ أَوْ مِثْلِهَا
Jika ia memulai dengan mandi besar, dan mandinya itu dilakukan dengan sempurna, maka cukuplah baginya mandi besar itu saja, tidak usah wudhu untuk melakukan shalat. Bersuci dengan mandi besar, lebih banyak kesempurnaannya dibandingkan dengan bersuci dengan wudhu atau semacamnya. (Kitab Al-Umm, Juz I, halaman 58)

Imam Nawawi berkata dalam kitabnya :

اَلْحَاُل الثَّانِيْ أَنْ يُحْدِثَ ثُمَّ يُجْنِبَ كَمَا هُوَ الْغَالِبُ - اَلصَّحِيْحُ عِنْدَ الْأَصْحَابِ وَهُوَ الْمَنْصُوْصُ فِى الْأُمِّ أَنَّهُ يَكْفِيْهِ إِفَاضَةُ الْمَاءِ عَلَى الْبَدَنِ وَيُصَلِّى بِهِ بِلَا وُضُوْءِ
Hal yang kedua, seseorang yang punya hadats, kemudian junub sebagai mana biasanya -- Adapun pendapat yang shahih menurut sahabat-sahabat (dari madzhab Syafi'i) dan nash nya terdapat dalam kitab Al-Umm, bahwa cukup baginya mengucurkan air kesekujur badannya dan ia boleh shalat dengannya tanpa wudhu. (Kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Juz II, halaman 194)

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa wudhu itu telah tercakup oleh mandi junub karena hadats kecil itu termasuk ke dalam hadats besar. Jadi kalau sudah mandi besar, tidak perlu wudhu lagi.


Namun, yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan mandi besarnya, jangan ada hal-hal yang membatalkan wudhu, seperti menyentuh qubul atau dubur dengan tapak tangan atau perut jari. Dengan mandi, maka ia boleh shalat, menyentuh Al-Qur'an dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar