Senin, 10 Juli 2017

Panggilan dengan kata sayyidina



Banyak cara dalam upaya memuliakan dan memberi penghormatan pada orang lain misalnya panggilan gus atau mas bagi putra kyai, raden ageng atau pangeran bagi keluarga kerajaan. Begitu pula dengan panggilan sayyid artinya penghulu, tuan besar, pemimpin.  Sering lafadz sayyidina diucapkan tatkala menyebut nama Nabi dan para sahabatnya

Penyebutan sayyidina pada Nabi Muhammad bertujuan memberikan penghormatan, dan lebih bersopan santun kepada Nabi Muhammad saw dan hukumnya boleh, bahkan dianjurkan. Banyak hadits yang menyebutkan hal ini, di antaranya adalah :

أَبُوْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda : Aku adalah sayyid (penghulu/pemimpin) anak cucu Adam di hari kiamat, dan akulah orang yang pertama kali bangkit dari kubur, dan akulah yang pertama kali memberi syafaat dan akulah yang pertama kali diberi izin untuk memberi syafaat. (H. R. Muslim no. 6079, Abu Daud no. 4675 dan lainnya)

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ وَبِيَدِى لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِىٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِى وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ
Dari Abi Said ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Aku adalah sayyid (penghulu/pemimpin) anak cucu Adam di hari kiamat dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. Dan panji pujian di tanganku, dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. Para Nabi disaat itu, baik Adam maupun yang lainnya, semuanya berada di bawah panjiku. Dan akulah orang yang pertama kali bangkit dari bumi (kubur), dan (kuucapkan ini) bukan sebagai kebanggaan. (H. R. Turmudzi no. 3975)

Sayyid Bakri Syatha Ad-Dimyathi dalam kitabnya mengatakan :

وَقَوْلُهُ : وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ اْلأَوْلَى ذِكْرُ السِّيَادَةِ، ِلاَنَّ اْلاَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلاَدَبِ.
Perkataannya : Setiap kali menyebut nama Muhammad Rasulullah, yang lebih utama adalah menambah dengan sayyidina, karena lebih utama dengan jalan/cara sopan santun. (Kitab I'anatuth Thalibin, Juz. I, halaman 198)

Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad Al-Farra’ Al-Baghawi, dalam kitab tafsirnya mengatakan :

وَقاَلَ مُجَاهِدٌ وَقَتاَدَةُ: لاَ تَدْعُوْهُ بِاسْمِهِ كَمَا يَدْعُوْ بَعْضَكُمْ بَعْضًا: ياَ مُحَمَّدُ، ياَ عَبْدَ اللهِ، وَلَكِنْ فَخَّمُوْهُ وَشَرِّفُوْهُ، فَقُوْلُوْا: ياَ نَبِيَّ اللهِ، ياَ رَسُوْلَ اللهِ، فِيْ لَيِّنٍ وَتَوَاضُعٍ

Imam Mujahid dan Imam Qotadah berkata: Janganlah kamu sekalian memanggil nama Nabi dengan namanya secara langsung  sebagaimana kamu memanggil sebagian yang lain : wahai Muhammad, wahai Abdullah tetapi panggillah dengan nama keagungan dan kebesarannya : Ya Nabiyallah, ya Rasulallah, dalam lemah lembut dan tawadhuk. (Kitab Tafsir Al-Baghawi, Juz VI, halaman 67)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar