Sabtu, 06 Februari 2021

Khalifah yang Suka Blusukan

 


Blusukan adalah masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu. Bagi pemimpin blusukan eetidaknya ada dua tujuan yaitu untuk mengetahui kondisi rakyat yang  sesungguhnya dan untuk bahan mengambil kebijakan.

Seperti banyak diceritakan di kitab-kitab tarikh (sejarah) Islam mengenai khalifah Umar bin Khathab yang sering blusukan.

Suatu malam ketika beliau melaksanakan kegiatan blusukan tiba-tiba beliau menengar tangisan anak kecil saat melewati sebuah rumah, beliau mengetuk pintu dan mengatakan pada ibu si bayi agar mendiamkan anaknya yang sedang menangis di tengah malam lalu beliaupun melanjutkan inspeksinya

Satu jam kemudian beliau balik melewati rumah itu, dan masih mendengar tangisan bayi, lalu berilau menegur sang ibu itu : Kenapa belum kamu diamkan anakmu itu, kamu benar-benar bukan seorang ibu yang baik.

Kamu tahu apa,  anakku menangis karena aku menyapihnya sebelum waktunya, supaya dia mendapat jatah bantuan dari Umar, jawab ibu itu dengan geram, tapi dia tidak tahu siapa laki-laki besar yang sedang berbicara dengannya

Khalifah Umar terdiam, dan pergi sambil meneteskan air mata, beliau bergumam dalam hati : Berapa banyak anak kecil yang telah dibunuh dan didzalimi oleh Umar.  Lalu Besok pagi beliau langsung mengeluarkan keputusan baru bahwa setiap anak yang baru lahir mendapat jatah bantuan dari negara

Dalam kisah yang lain diceritakan bahwa Seorang gadis kecil menangis meminta makan karena rasa lapar, sebab sejak pagi belum makan hingga sore hari, sementara sang ibu, janda, terpaksa memasukan batu ke dalam panci untuk menghibur anaknya yang kelapran

Sore itu Khalifah Umar sedang blusukan memantau dan mencari mana rakyatnya yang kelaparan dan tidak makan. Di depan pintu rumah itu Khalifah  mendengar tangisan gadis kecil yang kelaparan itu, sementara seorang ibu dari gadis kecil itu di dapur sedang membalik balikan sesuatu yang ada di dalam panci, Khalifah Umar  bertanya : Apa yang anda masak wahai ibu? Lihatlah sendiri! Jawab ibu itu. Ketika  khalifah melihatnya ternyata ibu itu sedang memasak batu untuk anaknya.

Khalifah Umar bin Khattab menagis, air matanya terus mengalir, sementara ibu dari anak itu tidak tahu kalau yang ada di depan matanya adalah khalifah Umar. Ibu itu terus memaki-maki Umar bin Khattab sebagai pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Khalifah Umarpun terus menangis, Ia kemudian pulang ke Madinah, dan malam itu juga ia memanggul gandum dengan pundaknya sendiri dalam perjalanan yang cukup jauh.

Ada suatu pertanyaan, kok bisa rakyat tidak mengenal Khalifahnya? Memang pada jaman itu tidak ada media seperti pada jaman sekarang sehingga semua penduduk kenal pemimpinnya. Meskipun tidak pernah ketemu atau kenal dengan klhalifah Umar bin Khathab namun rakyatnya merasakan efek dari kepemimpinannya

Sekilas kisah di atas hanya sekedar ingin mengambarkan tentang tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Namun jika difahami lebih dalam kita akan mendapatkan bahwa kisah di atas selain mengandung kewajiban seorang pemimpin untuk memperhatikan keadaan rakyatnya atau orang yang menjadi tanggung jawabnya, terdapat pesan pula kepada seluruh orang beriman untuk memperhatikan antara satu sama lain

Mengapa demikian?, karena datangnya Khalifah ke rumah ibu tersebut tidak hanya karena motivasi ia sebagai pemimpin yang bertanggug jawab di kala itu, namun lebih kepada sikap untuk saling tolong menolong antara sesama muslim. Kalaupun ia melakukan hal itu karena sekedar ingin menjalankan tugas sebagai khalifah maka mudah saja baginya untuk melibatkan pengawal atau bawahan beliau untuk blusukan di malam hari dan tidak memanggul gandum dengan pundaknya sendiri

Dalam hadits disebutkan

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيْهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ  

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah saw bersabda : Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al-Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya. (H. R. Muslim no. 7028)

Cukuplah seseorang dikatakan sebagai orang dzalim ketika ia malam harinya telah kenyang bahkan makanan dirumahnya masih tersisa, padahal tetangganya tidur dalam keadaan menahan lapar karena tidak ada makanan

Cukuplah seseorang dikatakan dzalim ketika ia mampu tertawa terbahak-bahak padahal tetangganya sedang dirundung kesedihan sedang iapun acuh tak acuh dengan keadaannya

Semoga pemimpin-pemimpin kita, siapa saja yang memimpin bisa meniru kepemimpinan khalifah Umar bin Khathab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar