Senin, 07 Oktober 2019

Karena Lisan Dan Tulisan Kita Bisa Bangkrut di Akhirat



Hendaknya kita berhati-hati menjaga lisan kita di dunia nyata dan menjaga tulisan serta komentar kita di dunia maya. Karena tulisan ini kedudukannya sama dengan ucapan lisan. Dalam Suatu kaidah dijelaskan :

اَلْكِتَابَةُ تَنْزِلُ مَنْزِلَةَ الْقَوْلِ

Tulisan statusnya sama dengan ucapan


Di zaman modern ini, dengan adanya sosial media seseorang dengan mudah berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Di sosial media lebih mudah menyampaikan aspirasi dan pendapat. Lebih bebas dari pada di dunia nyata karena ia bisa sembunyi di balik akun sosial media yang ia punya, bisa lebih berani karena tersembunyi dan bisa cepat lari dari tanggung jawab

Padahal kita tahu dan sadar, bahwa setiap perbuatan, ucapan, tulisan kita selalu diawasi oleh malaikat yang khusus ditugaskan Allah. Dalam Al-Qur'an disebutkan :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Q.S. 50 Qaaf 18)

Ketika lisan atau tulisan kita suka mencaci, mencela, melaknat, ghibah dan berkata-kata kotor kepada orang lain, ini sama saja kita akan bagi-bagi pahala gratis kepada mereka, kemudian kita akan bangkrut. Mengapa demikian? Karena dengan lisan dan tulisan kita, mereka yang kita cela dan caci-maki adalah pihak yang kita dhalimi. Jika kita tidak meminta maaf di dunia, maka urusan akan berlanjut di akhirat dan saat itulah kita akan mengalami kebangkrutan yang besar di akhirat. Dalam hadits disebutkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Barang siapa berbuat dhalim kepada seseorang, yang berkaitan dengan kehormatan atau sesuatu apapun, hendaklah dia meminta halal darinya pada hari ini, sebelum (datang hari kiamat) yang tidak ada dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal shalih diambil darinya seukuran kedhalimannya. Jika dia tidak memiliki keabaikan-kebaikan, diambil kesalahan-kesalahan orang yang dizhalimi lalu ditimpakan padanya (H. R. Bukhari no. 2449)

Sebagai orang mukmin, tentu sangat tidak layak berbicara kasar, mencela dan melaknat kepada siapapun, kapanpun dan di mana pun, baik di dunia nyata maupun dunia maya, dalam hadits disebutkan :

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيْسَ بِاللَّعَّانِ وَلاَ الطَّعَّانِ وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِىءِ
Dari Abdullah ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya orang mukmin itu orang yang tidak suka melaknat, mencela, berkata keji atau jorok, dan kotor. (H. R. Ahmad no. 4027)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar