Kamis, 15 Agustus 2019

Jual Beli Yang Sah Tapi Dilarang




Beberapa contoh jual beli dibawah ini dipandang sah, sedangkan hukumnya dilarang (haram), yaitu :

1. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar, sedangkan ia tidak menginginkan barang itu, tetapi semata-mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang itu.

2. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiyar (boleh memilih antara dua, meneruskan aqad jual beli atau mengurungkannya)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَبِعِ الرَّجُلُ عَلىٰ بَيْعِ أَخِيْهِ وَلَا يَخْطُبْ عَلىٰ خِطْبَةِ أَخِيْهِ إِلَّا أَنْ يَأْذَنَ لَهُ
Dari Ibnu Umar dari Nabi saw, beliau bersabda: Janganlah seseorang menjual barang yang telah dijual kepada saudaranya dan janganlah meminang perempuan yang telah dipinang saudaranya, kecuali jika mendapatkan izin darinya. (H. R. Muslim no. 3521)

3. Mencegat orang-orang yang datang dari desa di luar kota,lalu membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu mereka belum mengetahui harga pasar

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَلَقَّوُا الرُّكْبَانَ وَلاَ يَبِيْعُ حَاضِرٌ لِبَادٍ. قَالَ فَقُلْتُ لاِبْنِ عَبَّاسٍ مَا قَوْلُهُ لاَ يَبِيْعُ حَاضِرٌ لِبَادٍ قَالَ لاَ يَكُوْنُ لَهُ سِمْسَارًا
Dari Abdullah bin Thawus dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Janganlah kamu menghadang di tengah perjalanan orang-orang yang membawa dagangan (untuk membeli barang dagangannya), dan orang kota jangan menjual kepada orang desa. Aku (Thawus) bertanya kepada Ibnu Abbas : Apakah maksud sabda beliau : Orang kota dilarang menjual kepada orang desa? Ibnu Abbas menjawab : Janganlah orang kota menjadi makelar (perantara) baginya. (H. R.Bukhari no. 2158, Muslim no. 3900)

4. Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal, sedangkan masyarakat umum memerlukan barang itu

عَنْ مَعْمَرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَحْتَكِرُ إِلاَّ خَاطِئٌ
Dari Ma'mar bin Abdullah, dari Rasulullah saw bersabda : Tidaklah menimbun barang malainkan orang yang durhaka (berdosa). (H. R. Muslim no. 4207)

5. Menjual sesuatu barang yang berguna (bermanfaat), tetapi kemudian dijadikan alat maksiat oleh yang membelinya

وَتَعَاوَنُوْا عَلٰى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلٰى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S. 5 Al Maa-idah 2)

6. Jual beli yang disertai tipuan. Berarti dalam urusan jual beli itu ada tipuan,baik dari pihak pembeli maupun dari penjual, pada barang ataupun ukuran, takaran atau timbangan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيْهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ. قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya: Apa ini wahai pemilik makanan? sang pemiliknya menjawab : Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas makanan agar manusia dapat melihatnya. Barang siapa menipu maka dia bukan dari golonganku. (H. R. Muslim no. 295)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar