Kamis, 14 September 2017

Khutbah Jum'at dengan Bahasa Indonesia



Menterjemahkan khutbah Jum'at selain rukunnya hukumnya boleh. Dan yang terbaik adalah khutbah dengan bahasa Arab kemudian diterangkan dengan bahasa yang dimengerti oleh hadirin. Faedahnya adalah supaya hadirin mengerti petuah-petuah yang ada dalam khutbah.

Syaikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi Al-Madani, dalam kitabnya mengatakan :

وَكَوْنُهُمَا بِالْعَرَبِيَّةِ وَإِنْ كَانَ اْلكُلُّ أَعْجَمِيِّيْنَ لِإِتِّبَاعِ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ (قَوْلُهُ بِالْعَرَبِيَّةِ) أَيْ اَلْأَركَانُ دُوْنَ مَا عَدَاهَا قَالَ يُفِيْدُ أَنَّ كَوْنَ مَا عَدَا اْلأَرْكَانَ مِنْ تَوَابِعِهَا بِغَيْرِ اْلعَرَبِيَّةِ لَا يَكُوْنُ مَانِعًا مِنَ اْلمُوَالَاةِ
Kedua khutbah dengan bahasa Arab, walaupun seluruh (jamaah) orang-orang non Arab demi mengikuti ulama salaf dan khalaf. Ketentuan dengan bahasa Arab  tersebut (hanya) pada rukun-rukun khutbah dan bukan yang lain. Hal ini berarti bahwa di luar rukun khutbah, yakni hal-hal yang masih terkait dengan khutbah yang disampaikan tidak dengan bahasa Arab, tidak menjadi penghalang adanya kesinambungan khutbah. (Kitab Al-Hawasyi Al-Madaniyah - dalam syarat-syarat khutbah)

Sayyid Bakri Syatha Ad-Dimyathi, dalam kitabnya mengatakan :

(قوله: وشرط فيهما) أي في الخطبتين. والمراد أركانهما، كما في التحفة، وعبارتها مع الاصل: ويشترط كونها - أي الاركان - دون ما عداها عربية إلخ
Perkataan penyusun kitab Fathl-Mu’in: dan disyaratkan di dalam pelaksanaan dua khutbah (dengan bahasa Arab), artinya adalah rukun-rukun khutbah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab At-Tuhfah. Adapun redaksi aslinya “syarat rukun khutbah”-bukan yang lain- adalah dengan bahasa Arab. (Kitab I'anatuth Thalibin, Juz II, halaman 82)

Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairami, dalam kitabnya mengataakan :

( قَوْلُهُ : وَالْمُرَادُ أَرْكَانُهُمَا ) يُفِيْدُ أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَا بَيْنَ أَرْكَانِهِمَا بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ لَمْ يَضُرَّ قَالَ : م ر مَحَلُّهُ مَا إذَا لَمْ يُطِلِ الْفَصْلَ بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ وَإِلَّا ضَرَّ لِإِخْلَالِهِ بِالْمُوَالَاةِ كَالسُّكُوْتِ بَيْنَ الْأَرْكَانِ إذَا طَالَ بِجَامِعِ أَنَّ غَيْرَ الْعَرَبِيَّةِ لَغْوٌ لَا يُحْسَبُ لِأَنَّ غَيْرَ الْعَرَبِيِّ لَا يُجْزِئُ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى الْعَرَبِيِّ فَهُوَ لَغْوٌ سُمٌّ وَالْقِيَاسُ عَدَمُ الضَّرَرِ مُطْلَقًا ، وَيُفَرَّقُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ السُّكُوْتِ بِأَنَّ فِي السُّكُوْتِ إعْرَاضًا عَنِ الْخُطْبَةِ بِالْكُلِّيَّةِ بِخِلَافِ غَيْرِ الْعَرَبِيِّ فَإِنَّ فِيْهِ وَعْظًا فِي الْجُمْلَةِ فَلَا يَخْرُجُ بِذَلِكَ عَنْ كَوْنِهِ مِنَ الْخُطْبَةِ
Yakni seandainya di antara rukun hutbah yang satu dengan rukun khutbah yang lain mempergunakan selain bahasa Arab, boleh saja selama pemisahan dengan selain bahasa Arab itu tidak panjang. Jika pemisahan tersebut panjang, maka tidak boleh karena dapat merusak ketersambungan khutbah, sama seperti diam dalam waktu yang lama di atara rukun-rukunnya. sesungguhnya selain bahasa Arab itu dianggap gurauan, bahkan racun yang tidak punya nilai, karena selain orang Arab tidak diperkenankan mempergunakan selain bahasa Arab sementara ia mampu berbahasa Arab. Menurut hukum qiyas penggunaan selain bahasa Arab itu diperkenankan secara mutlak karena secara keseluruhan memuat nasehat sehingga tidak keluar dari pengertiannya sebagai khutbah. (Kitab Hasyiyah Bujairami 'alal Minhaj, Juz IV, halaman 92)

Dengan demikian khutbah yang disampaikan dengan bahasa Indonesia masih dihukumi sah selama rukun-rukunnya masih disampaikan dengan bahasa Arab dan tidak merusak kesinambungan (muwalat) antar rukun khutbah


Baca juga tulisan kami : Rukun dan Syarat Sahnya Shalat Jum'at  http://www.wongsantun.com/2017/09/rukun-dan-syarat-sahnya-khutbah-jumat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar