Kamis, 24 Agustus 2017

Keutamaan Puasa Arafah



Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah (tanggal 9 bulan Dzulhijjah atau bulan Haji), kecuali orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka puasa ini tidak disunnahkan atasnya. Sesuai hadits Nabi saw :

عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى بَيْتِهِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ فَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ
Dari Ikrimah ia berkata : Aku menemui Abu Hurairah di rumahnya, lalu aku bertanya padanya tentang berpuasa pada hari Arafah di padang Arafah, maka Abu Hurairah menjawab : Rasulullah saw melarang berpuasa pada hari Arafah di padang Arafah. (H. Ibnu Majah no. 1804, Ahmad  no. 8252 dan lainnya)

Kesunnahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wuquf di Arafah oleh jamaah haji, tetapi karena datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka bisa jadi hari Arafah di Indonesia atau di tempat lain tidak sama dengan di Saudi Arabia yang berlainan waktu sekitar 4 jam.

Hasil keputusan muktamar Nahdhatul Ulama ke 30 di Lirboyo Kediri pada tanggal  21-27 Nopember 1999 (lihat buku ahkamul fuqaha' - solusi problematika aktual hukum Islam, keputusan muktamar, munas, dan konbes Nahdhatul Ulama, hal. 542).
Dalam fasal yang ke 422 ada pertanyaan : Puasa sunnah Arafah bagi kaum muslimin yang tidak sedang melakukan ibadah haji, apakah karena peristiwa wuquf ataukah karena kalender hari Arafah? Jawabnya : Puasa yang dilakukan adalah karena yaumu Arafah yaitu pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender negara setempat yang berdasarkan rukyat. 

Rukyatul hilal adalah observasi bulan sabit yang dilakukan untuk menentukan awal bulan Qamariyah atau Hijriyah berlaku secara nasional, yakni rukyat yang diselenggarakan di dalam negeri masing-masing dan berlaku satu wilayah hukum

Syaikh Zainuddin Al-Malibari mengatakan dalam kitabnya :

(وَيُسَنُّ) مُتَأَكَّدًا (صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ) لِغَيْرِ حَاجِّ، لِاَنَّهُ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الَّتِيْ هُوَ فِيْهَا وَالَّتِيْ بَعْدَهَا - كَمَا فِي خَبَرِ مُسْلِمٍ - وَهُوَ تَاسِعُ ذِي الْحِجَّةِ
Disunnahkan dengan sunnah muakkad berpuasa pada hari Arafah selain jamaah haji, karena puasa tersebut dapat menghapus dosa setahun di mana ia sedang menjalaninya dan waktu setahun lagi sesudahnya.Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Muslim. Hari Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 94)

Adapun hadits riwayat imam Muslim yang dimaksud adalah :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ وَسُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Dari Abu Qatadah Am-Anshari ra, berkata : Rasulullah saw, ditanya tentang puasa hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), Maka beliau menjawab : Ia dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. (H. R. Muslim no. 2804)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar