Selasa, 20 Juni 2017

Makna Idul Fitri



Makna Idul Fitri berarti kembali berbuka setelah kurang lebih satu bulan umat Islam berpuasa di siang hari dan kembali seperti biasa makan, minum dan berhubungan suami istri di siang hari.

Pemaknaan hari raya idul fitri hendaknya bersifat positif seperti menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk. Silaturrahmi (bisa dibaca di sini manfaatnya http://www.wongsantun.com/2017/06/silaturrahim-atau-menyambung-hubungan.html ) tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti halal bi halal, namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke rumah, saling duduk bercengkerama, saling mengenalkan dan mengikat kekerabatan, saling bersalaman

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا
Dari Barra bin  bin Azib ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Tidaklah dua orang laki-laki bertemu, kemudian keduanya bersalaman, kecuali diampuni dosanya sebelum mereka berpisah. (H. R. Ibnu Majah no. 3734)

Juga pemaknaan hari raya bukanlah bagus-bagusan pakaian, kendaraan dan rumah. Ada ungkapan yang mengatakan :

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدِ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاتُهُ تَزِيْدُ.
Bukanlah disebut hari raya bagi orang yang pakainnya baru, tetapi sesungguhnya hari raya itu adalah bagi orang-orang yang bertambah ketaqwaannya (dalam menjalankan agama)

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِاللِّبَاسِ وَ الرُّكُوْبِ إِنَّمَا اْلعِيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبِ
Bukanlah disebut hari raya bagi orang yang bagus-bagusan pakaian dan kendaraan, tetapi sesungguhnya hari raya itu adalah bagi orang-orang yang diampuni dosa-dosanya.

Di pagi harinya disunnahkan berangkat ke tempat-tempat shalat untuk menunaikan shalat Idul Fitri.

عَنْ أَبِى عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عُمُوْمَةٍ لَهُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  أَنَّ رَكْبًا جَاءُوْا إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   يَشْهَدُوْنَ أَنَّهُمْ رَأَوُا الْهِلاَلَ بِالْأَمْسِ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يُفْطِرُوْا وَإِذَا أَصْبَحُوْا أَنْ يَغْدُوْا إِلَى مُصَلاَّهُمْ.
Dari Abu Umair bin Anas dari paman-pamannya di kalangan sahabat Nabi saw bahwasanya telah datang suatu rombongan, mereka menyaksikan hilal satu Syawal. Maka beliau menyuruh mereka berbuka dan ketika waktu pagi mereka berangkat ke tempat shalat mereka.  (H. R.Abu Daud no. 1159)

Sebelum ke tempat shalat di sunnahkan memakan sesuatu terutama kurma

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  لاَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلاَ يَطْعَمُ يَوْمَ اْلأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّىَ
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya berkata : Nabi saw tidak keluar pada hari raya Fitri sebelum makan. Dan beliau tidak makan pada hari raya Adha (kurban) sebelum melakukan shalat. (H. R. Tirmidzi no. 545, Ibnu Khuzaimah no. 1347)

Dalam berangkat ke tempat shalat disunnahkan mengambil jalan yang berlainan antara berangkat dan pulangnya.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ خَالَفَ الطَّرِيْقَ

Dari Jabir ia berkata : Nabi saw apabila di waktu hari raya biasanya mengambil jalan yang berlainan. (H. R.Bukhari no. 986)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar