Kamis, 01 Desember 2016

Hukum membaca Al-Qur'an dengan tajwid



Membaca Al-Qur'an dengan tajwid itu hukumnya wajib. Syaikh Doktor Sya'ban Muhammad Isma'il dalam kitabnya mengatakan :

وَالتَّجْوِيْدُ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مَنْ يُرِتْدُ أَنْ يَقْرَأَ شَيْئُا مِنَ اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ يُثَابُ اْلقَارِئُى عَلَى فِعْلِهِ وَيُعَاقَبُ عَلَى تَرْكِهِ لِأَنَّ هَكَذَا أُنْزِلَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُجَوَّدًا مُرَتَّلاً وَوَصَلَ إِلَيْنَا كَذَلِكَ نَقْلًا عَنِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِهِمْ إِلَى يَوْمِنَا هَذَا
Bertajwid itu hukumnya adalah wajib bagi setiap orang yang hendak membaca Al-Qur'an. Pembacanya akan mendapat pahala jika bertajwid dan akan mendapat siksa jika tidak bertajwid. Karena sesunggunya Al-Qur'an telah diturunkan kepada Rasulullah saw dengan bertajwid dan tartil dan telah sampai kepada kita dalam keadaan demikian itulah (bertajwid) yang diterima dari para sahabat dan tabi'in dan tabi'it tabi'in sampai pada zaman sekarang ini.

Kemudian beliau mengemukakan dalil-dalilnya untuk memperkuat keterangan tersebut, sebagai berikut :

قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَرَتِلِ اْلقُرْآنَ تَرْتِيْلًا. فَإِنَّ الْمُرَاْدَ بِالتَّرْتِيْلِ تَجْوِيْدُ الْحَرْفِ وَإِتْقَانُ النُّطْقِ بِالْكَلِمَاتِ فَقَدْ سُئِلَ عَلِيُّ ابْنُ أَبِيَ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ التَّرْتِيْلِ فِى هَذِهِ الْآيَةِ فَقَالَ : اَلتَّرْتِيْلِ تَجْوِيْدُ الْحُرُيْفِ وَمَعْرِفَةُ اْلوُقُوْفِ.وَقَوْلِهِ تَعَالَى : وَرَتِّلْ، أَمْرٌ هُوَ هُنَا لِلْوُجُوْبِ
Allah Ta'ala telah berfirman : Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil, yang dimaksud dengan tartil itu ialah mentajwidkan huruf dan membunyikan kalimat-kalimat Al-Qur'an itu dengan mantap. Sayyida Ali bin Abi Thalib sungguh pernah ditanya tentang arti tartil dalam ayat ini, beliau menjawab : Tartil itu maksudnya mentajwidkan huruf dan mengetahui waqaf. Dan firman Allah Ta'ala : Warattil adalah fi'il amar dan dia itu di sini untuk menunjukkan perintah wajib. (Kitab Ma'al Qur'anil Karim, halaman 329)

Syaikhul Islam Abi Yahya Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya mengatakan :

وَاْلقَارِئُ بِتَرْكِهِ ذَلِكَ مِنَ الدَّاخِلِيْنَ فِى خَبَرِ : رُبَّ قَارِئِ اْلقُرْآنِ وَاْلقُرْآنُ يَلْعَنُهُ
Dan pembaca Al-Qur'an yang tidak menggunakan tartil (bertajwid) ketika membacanya, termasuk orang-orang yang terancam seperti dijelaskan dalam sebuah hadits : Banyak orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan Al-Qur'an yang ia baca itu sendiri akan melaknatnya. (Kitab Syahrul Muqaddimatil Jazariyah/Hamisy Al-Minahul Fikriyah, halaman 20)

Syaikh Abil Khair Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Jaziri dalam kitab tajwidnya mengatakan :

وَاْلأَخْذُ بِالتَّجْوِيْدِ حَتْمٌ لَازِمٌ # مَنِ لَمْ يُجَوِّدِ اْلقُرْآنَ آثِمٌ

Bertajwid dalam membaca Al-Qur'an adalah wajib yang tidak bisa ditawar-tawar lagi # Barang siapa yang tidak bertajwid ketika membaca Al-Qur'an maka berdosalah ia. (Kitab Al-Jazariyah, halaman 13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar