Rabu, 21 Desember 2016

Diperbolehkan memumul rebana

قَالَتِ الرُّبَيِّعُ بِنْتُ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ حِيْنَ بُنِيَ عَلَيَّ فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِيْ كَمَجْلِسِكَ مِنِّيْ فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَيَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِي يَوْمَ بَدْرٍ إِذْ قَالَتْ إِحْدَاهُنَّ وَفِيْنَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ دَعِي هَذِهِ وَقُوْلِي بِالَّذِي كُنْتِ تَقُوْلِيْنَ


Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz bin Afran berkata; suatu ketika, Nabi saw dan masuk saat aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para budak-budak wanita pun memukul rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang Badar. Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Maka beliau bersabda: Tinggalkanlah ungkapan ini, dan katakanlah apa yang ingin kamu katakan. (H. R. Bukhari no. 5147)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar