Kamis, 03 November 2016

Sifat ujub dan cara mengobatinya



Sifat ujub, sombong dan bangga dengan diri sendiri adalah satu penyakit hati yang sulit diobati. Ujub adalah memandang mulia kepada diri sendiri dan memandang remeh orang lain. Tanda ujub yang nampak pada lisan ialah kebiasaan berkata : Siapa saya dan siapa kamu. Ucapan yang demikian itu sama dengan perkataan iblis, sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur'an :

أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
Saya lebih baik dari padanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S. 7 Al A'raaf 12)

Sedangkan orang yang sombong ialah orang yang tidak senang diberi nasehat, dan bersikap kasar dan keras jika memberi nasehat. Barang siapa yang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, maka orang itu bersikap sombong. Semestinya kita mengetahui, bakwa orang yang baik ialah orang yang kehidupannya di akhirat nanti baik. Hal ini tentu saja tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali Allah swt.

Seharusnya kita tidak memandang kepada seseorang kecuali dengan penilaian, bahwa dia lebih baik dan lebih mulya dari pada kita.

Jika kita melihat anak kecil, maka hendaknya kita berkara dalam hati : Anak-anak ini belum pernah berbuat maksiat kepada Allah, sedangkan saya sering melakukan kemaksiatan. Tentu saja anak ini lebih baik dari pada saya.

Jika kita memandang orang besar (tua) maka kita katakan dalam hati : orang itu telah  banyak melakukan ibadah sebelum saya, tentu saja dia lebih baik dari pada saya.

Jika kita memandang orang pandai (alim), maka kita katakan dalam hati : Orang itu telah diberi Allah ilmu yang belum diberikan kepada saya. Dia beribadah dengan ilmunya, tentu saja dia lebih baik dari pada saya.

Jika kita memandang orang bodoh, maka kita katakan dalam hati : Orang itu kalau berbuat maksiat terhadap Allah karena kebodohannya, tetapi bila saya berbuat maksiat terhadap Allah bukan berarti saya tidak mengerti, sehingga tuntutan Allah kepada saya lebih berat, tentu saja dia lebih baik dari pada saya.

Jika kita memandang orang kafir, maka kita katakan dalam hati : Saya belum tahu juga, mungkin dia nanti masuk Islam dan di akhir hayatnya nanti selalu berbuat baik, sehingga dosa-dosanya terhapus dengan masuknya ke agama Islam (seperti yang dialami sahabat Umar bin Khaththab). Sedangkan saya (semoga Allah menyelamatkan saya) mungkin berubah menjadi kafir, sehingga kehidupan saya di akhir su'ul khatimah, mati tidak membawa iman (Seperti cerita kiyai Barseso). Dia yang semula kafir menjadi orang yang dekat kepada Allah, dan saya yang semula beriman menjadi orang yang bakal menerima siksa. sebab Allah adalah Dzat yang membolak-balikkan hati manusia. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki. Oleh karena itu kita biasakan membaca doa :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبْ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلىٰ دِيْنِكَ وَطَاعَتِكَ                                         
Wahai Dzat yang membolak balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama dan ketaatan kepada-Mu.


Semoha Allah menjadikan kita semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar