Rabu, 16 November 2016

Masalah Rebo Wekasan



Rebo Wekasan adalah sebutan hari Rabu terahir di bulan Shafar. Seorang muslim harus memandang bahwa bulan Shafar itu sama dengan bulan yang lainnya dalam arti, sama-sama tidak sial atau tidak turun bala' sebagai mana yang sering kita dengar. Dalam hadits disebutkan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ  رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ عَدْوَى، وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ، وَلاَ صَفَرَ
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw beliau bersabda : Tidak ada penularan, tathayyur, kesialan burung haamah, dan kesialan bulan Shafar. (H. R. Bukhari no. 5757, muslim no. 33 dan lainnya)

Imam Abu Daud ketika mengomentari hadits yang berhubungan dengan bulan Shafar, dia mengatakan :

سَمِعْتُ أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ يَسْتَشْئِمُونَ بِصَفَرَ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ صَفَرَ
Aku mendengar bahwasanya orang-orang Jahiliyah (dulu) memandang sial terhadap bulan Shafar, maka Nabi saw bersabda : Tidak ada kesialan dalam bulan Shafar. (H. R. Abu Daud no. 3917)

Di bawah ini akan kami ketengahkan pendapat para ulama yang ahli dalam bidangnya masing-masing :

1. Pendapat ulama ahli tafsir

Seorang ulama ahli tafsir dari Mesir, yaitu Imam Ahmad Mushthafa Al-Maraghi dalam kitabnya tafsir Al-Maraghi Juz 27, halaman 78 :

 وَمَا رُوِيَ مِنْ شُؤْمِ بَعْضِ اْلأَيَّامِ فَلَا يَصِحُّ شَيْئٌ مِنْهُ
Apa yang diriwayatkan (diceritakan) orang tentang adanya sebagian hari (seperti Rebo Wekasan) yang membawa sial/bala', maka cerita itu tidak benar sama sekali.

2. Pendapat ulama ahli hadits

Seorang ahli hadits dari Damaskus, Suriah yaitu Imam Ismail Muhammad Al-'Ajaluni Asy-Syafi'i, dalam kitabnya Kasyful Khafa Wamuzilul Ilbas 'Ammasytahara Minal Ahadits 'Ala Al-Sinatin Nas, Juz I, halaman 13, setelah panjang lebar menerangkan bulan Shafar dan hari Rabu yang ada di dalamnya (Rebo Wekasan) berkesimpulan sebagai berikut :

أَنَّ تَوَقَّى يَوْمِ اْلأَرْبِعَاءِ عَلَى وَجْهِ الطِّيَرَةِ وَظَنِّ اعْتِقَادِ اْلمُنَجِّمِيْنَ حَرَامٌ شَدِيْدُ التَّحْرِيْمِ
Merasa takut (dengan adanya) hari Rabu (di akhir bulan Shafar) dengan cara tathayyur dan mempunyai dugaan seperti akidah ahli nujum, maka hukumnya sangat haram.

3. Pendapat ulama ahli sosiologi

Seorang sosiolog Islam, yaitu Imam Muhammad Salim Al-Baihani dalam kitabnya Ishlahul Mujtama' (memperbaiki keadaan masyarakat), pada halaman 27, beliau membahas bulan Shafar dan Rebo Wekasan ini dengan panjang lebar (namun kami ringkas agar lebih jelas) sebagai berikut :

وَيَرْوِى الَّذِيْنَ لَايَعْرِفُوْنَ قُدَاسَةَ اْلإِسَلَامِ أَحَادِيْثَ مَكْذُوْبَةً فِى شُؤْمِ صَفَرٍ، وَإِنَّ اللهَ يُنَزِّلُ فِيْهِ مِنَ الْبَلَاءِ خَمْسَةَ أَضْعَافٍ مَايُنَزِّلُهُ فِى غَيْرِهِ مِنَ الشُّهُوْرِ، وَفِى اْلأَرْبِعَاءِ اْلأَخِيْرِ مِنْهُ، يَكْتُبُوْنَ التَّعَاوِيْذَ فِى اْلأَوَانِى الَّتِيْ يَشْرَبُوْنَ بِهَا وَلَا يُسَافِرُوْنَ وَلَا يَتَزَوَّجُوْنَ فِى صَفَرٍ، وَيَكْذِبُوْنَ عَلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَوْلِهِمْ : آخَرُ أَرْبِعَاءَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يَوْمُ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ، وَهُوَ مَوْضُوْعٌ

Dan orang-orang yang tidak mengerti akan kesucian agama Islam, meriwayatkan hadits-hadits bohong (palsu) yang berkaitan dengan kesialan bulan Shafar. Dan (mererka berkata) bahwasanya Allah menurunkan bala' dalam bulan Shafar tersebut lima kali lipat yang tidak Allah turunkan di bulan lainnya, dan pada hari Rabu terahir dari bulan itu (Rebo Wekasan), mereka menulis azimat-azimat/tangkal-tangkal di dalam bejana yang kemudian mereka minum airnya, dan di bulan Shafar itu mereka enggan bepergian dan mengadakan pernikahan, dan mereka berdusta kepada Nabi Muhammad saw dengan ucapannya : Hari Rabu terahir di setiap bulan Shafar adalah hari naas/sial yang terus-menerus, padahal (setelah hadits tersebut diteliti) ternyata hadits maudhu' (palsu).

Namun tidak ada salahnya kalau kita isi malam Rebo Wekasan dengan acara-acara yang tidak bertentangan dengan syariat, seperti mengadakan pengajian umum, istighatsah, shalawatan, qiyamul lail sendiri-sendiri atau berjamaah di masjid, atau hal-hal lain yang bermanfaat bagi diri sendiri atau masyarakat disekitar kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar