Kamis, 20 Oktober 2016

Uang hasil undian harapan untuk membangun masjid



DR. Qardhawi dalam kitabnya berfatwa :

الْيَانَصِيْبُ ضَرْبٌ مِنَ الْقِمَارِ : وَمَا سُمِّيَ بِالْيَانَصِيْبِ هُوَ لَوْنٌ مِنْ اَلْوَانِ الْقِمَارِ، وَلَا يَنْبَغِى التَّسَاهُلُ فِيْهِ وَالتَّرْخِيْصُ بِهِ بِاْسِم اَلْجَمْعِيَّاتِ الْخَيْرِيَّةِ وَالْأَغْرَاضِ الْإِنْسَانِيَّةِ. إِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَبِيْحُوْنَ الْيَانَصِيْبُ لِهٰذَا كَالَّذِيْنَ يَجْمَعُوْنَ التَّبِرُّعَاتِ لِمِثْلِ تِلْكَ اْلأَغْرَاضِ بِالرَّقْصِ الْحَرَامِ وَالْفَنِّ الْحَرَامِ. وَنَقُوْلُ  لِهٰؤُلآءِ : إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَايَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا  
Undian harapan adalah salah satu bentuk perjudian. Apa yang disebut dengan yanashib (undian harapan) merupakan salah satu bentuk dari maca-macam perjudian, tidak dibenarkan mempermudah dan memperbolehkannya atas nama yayasan bantuan sosial (kebaikan), dan tujuan kemanusiaan. Sesungguhnya orang-orang yang membolehkan undian harapan karena dasar ini, tidak ubahnya dengan orang-orang yang mengumpulkan dana untuk maksud tersebut dengan mengadakan pertunjukan tarian dan kesenian yang haram. Kepada mereka kami patut berkata : Sesungguhnya Allah itu Dzat yang Maha Suci, Ia tidak menerima kecuali yang suci (halal). (Kitab Al-Halal wal Haram fil Islam, halaman 321-322)

Kalau sudah nyata undian harapan itu termasuk judi, berarti uang yang dihasilkan dari undian harapan itu haram.

Allah tidak akan menerima amal baik seseorang yang bersumber dari harta haram. Dalam hadits disebutkan :

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَصَدَّقَ أَحَدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ إِلاَّ أَخَذَهَا الرَّحْمَنُ بِيَمِيْنِهِ
Dari Said bin Yasar, bahwasanya ia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda : Tiada seorangpun yang termasuk bersedekah dengan suatu sedekah dari harta yang halal, Dan Allah tidak menerima kecuali yang suci (halal), melainkan Allah yang bersifat Rahman akan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya (Allah benar-benar menerimanya). (H. R. Muslim no. 2389, Nasa'i no. 2524)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Hai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Dzat yang Maha Suci, Ia tidak menerima kecuali yang suci (halal). (H. R. Muslim no. 2393, Tirmidzi no. 3257)

Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim, Juz VII, halaman 98 dan 100, ketika mengomentari kedua hadits di atas, khususnya mengenai lafadz thayyib ada yang dinisbatkan kepada Allah dan ada yang dinisbatkan kepada harta.

Mengenai lafadz thayyib yang dinisbatkan kepada Allah, beliau berkata :

قَالَ الْقَاضِي : الطَّيِّبُ فِي صِفَةِ اللهِ تَعَالَى بِمَعْنَى الْمُنَزِّهِ عَنْ النَّقَائِصِ، وَهُوَ بِمَعْنَى الْقُدُّوْسِ
Imam Al-Qadhi berkata : Arti thayyib dalam menyifati Allah Ta'ala ialah sucinya Allah dari segala kekurangan, dengan kata lain Allah Ta'ala itu ialah Dzat Yang Maha Suci.

Sedangkan lafadz thayyib yang dinisbatkan kepada harta, Imam Nawawi menjelaskan sebagai berikut :

قَوْله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَلَا يَقْبَل اللهُ إِلَّا الطَّيِّبَ ) اَلْمُرَادُ بِالطَّيِّبِ هُنَا الْحَلَالِ
Sabdanya saw : (Dan Allah tidak menerima kecuali yang suci), Yang dimaksud dengan thayyib di sini ialah harta yang halal

Imam Nawawi menambahkan penjelasannya :

وَفِيْهِ : اَلْحَثُّ عَلَى الْإِنْفَاقِ مِنَ الْحَلَالِ، وَالنَّهْيُ عَنِ الْإِنْفَاقِ مِنْ غَيْرِهِ

Dalam hadits tersebut terkandung motivasi (dorongan) agar menginfakkan harta yang bersumber dari harta yang halal dan terkandung larangan menginfakkan harta yang bersumber dari harta yang tidak halal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar