Rabu, 04 Mei 2016

Antara perempuan haid dengan perempuan istihadhah





Perempuan yang sedang haid diharamkan shalat sedang perempuan yang sedang istihadhah (yaitu darah yang keluar dari farji perempuan bukan pada waktu haid atau nifas) wajib shalat dan ibadah lainnya.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِيْ حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ فَقَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ دَمَ الْحَيْضِ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِيْ عَنِ الصَّلَاةِ وَإِذَا كَانَ الْآخَرُ فَتَوَضَّئِيْ وَصَلِّيْ
Dari Aisyah, bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy telah beristihadhah, lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya : Sesungguhnya darah haid itu berwarna hitam,maka apabila ada darah semacam itu hendaklah kamu meninggalkan shalat, dan apabila keadaan darah tidak seperti itu (istihadhah) hendaklah kamu berwudhu dan shalat. (H. R. Nasa'i no. 217, Abu Daud no. 304)

Syariat Islam telah membedakannya, karena antara darah istihadhah dengan darah haid itu pada hakikatnya berbeda walaupun sama-sama darah. Darah istihadhah adalah darah biasa, sedangkan darah haid adalah darah kotor.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاءَ فِي الْمَحِيْضِ وَلاَ تَقْرَبُوْهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu adalah kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. (Q.S. 2 Al Baqarah 222)

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ أُمَّ حَبِيْبَةَ بِنْتَ جَحْشٍ - خَتَنَةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَحْتَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ - اسْتُحِيْضَتْ سَبْعَ سِنِيْنَ فَاسْتَفْتَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى ذَلِكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذِهِ لَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ وَلَكِنَّ هَذَا عِرْقٌ فَاغْتَسِلِيْ
Dari Aisyah istri Nabi saw bahwa Ummu Habibah binti Jahsy (kerabat dekat dari pihak istri) Rasulullah saw -sedangkan ketika itu dia berada di bawah tali pernikahan dengan Abdurrahman bin Auf- sedang istihadhah tujuh tahun, lalu dia meminta fatwa Rasulullah saw dalam masalah hal tersebut. Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya ini bukanlah darah haid, akan tetapi darah urat yang bocor, oleh karena itu cucilah dan shalatlah. (H. R. Muslim no. 782)

Prof. DR. Syaikh Wahbah Musthafa Az-Zuhali mengatakan :

اَلْاِسْتِحَاضَةُ حَدَثٌ دَائِمٌ كَسَلَسِ بَوْلٍ وَمَذِيٍّ وَغَائِطٍ وَرِيْحٍ بِاتِّفَاقِ اْلفُقَهَاءِ، أَوْ كَرُعَافٍ دَائِمٍ أَوْ جَرْحٍ لَا يَرْقَأُ دَمُهُ أَيْ لَا يَسْكُنُ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ، فَلَا يَمْنَعُ شَيْئًا مِمَّا يَمْنَعُهُ الْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ مِنْ صَلَاةٍ وَصَوْمٍ وَلَوْ نَفْلاً، وَطَوَافٍ، وَقِرَاءَةِ قُرْآنٍ وَمَسِّ مُصْحَفٍ وَدُخُوْلِ مَسْجِدٍ وَاعْتِكَافٍ وَوَطْءٍ بِلَا كَرَاهَةٍ، لِلضَّرُوْرَةِ، وَلِلْأَحَادِيْثِ الثَّابِتَةِ فِي ذَلِكَ
Istihadhah ialah suatu hadats yang terus-menerus seperti terus-menerusnya buang air kecil, madzi, buang air besar, dan kentut, dengan kesepakatan para ulama ahli fikih. Atau seperti terus-menerusnya darah yang keluar dari hidung atau luka yang terus mengeluarkan darah, menurut para ulama madzhab Hanafi dan Hambali, perempuan yang sedang beristihadhah sama sekali tidak tercegah melakukan ibadah sebagaimana tercegahnya perempuan yang sedang haid atau nifas, maka ia boleh shalat, puasa, sekalipun puasa sunnah, tawaf, membaca Al-Qur'an, menyentuh mushaf, masuk ke masjid, i'tikaf dan bersetubuh. Hal demikian tidak makruh baginya karena darurat dan berdasarkan hadits-hadits yang kuat. (Kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, Juz I, halaman 478-479)

Sayyid Sabiq juga pernah mengatakan :

أَنَّ لهَاَ حُكْمَ الطَّاهِرَاتِ: تُصَلِّيْ وَتَصُوْمُ وَتَعْتَكِفُ وَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَتَمُسُّ اْلمُصْحَفَ وَتَحْمِلُهُ وَتَفْعَلُ كُلَّ اْلعِبَادَاتٍ، وَهَذَا مُجْمَعٌ عَلَيْهِ
Perempuan yang sedang beristihadhah itu sama hukumnya dengan perempuan yang suci, boleh shalat, puasa, i'tikaf, membaca Al-Qur'an, menyentuh dan membawanya serta boleh melakukan segala bentuk ibadah, dan hal ini sudah merupakan kebulatan pendapat para ulama. (KItab Fiqhus Sunnah, Juz I, halaman 77)

1 komentar:

  1. الْحَمْدُ لِلَّهِ
    .... terima kasih atas partisipasi semua orang terhadap materi antara haid dengan perempua

    BalasHapus