Apabila makmum
mengetahui bahwa imam batal shalatnya, maka makmum tidak boleh mengikuti imam
dan tidak boleh pula menghentikan shalatnya, teruskan saja shalat dengan niat
memisahkan diri dari imam (niat mufaraqah)
Sayid
Abdurrahman Ba'alawi dalam kitabnya Bughyatul Mustarsyidin, halaman 74,
telah mengutup fatwa pengarang kitab Kasyfun Niqab sebagai berikut :
وَالْحَاصِلُ أَنَّ قَطْعَ
اْلقُدْوَةِ تَعْتَرِيْهِ اْلأَحْكَامُ الْخَمْسَةُ، وَاجِبًا كَانَ رَأَى
إِمَامَهُ مُتَلَبِّسًا بِمُبْطِلٍ
Kesimpulannya,
bahwa dalam niat berpisah dari imam itu terdapat lima hukum. Ada kalanya wajib,
seperti bila makmum melihat imam melakukan hal-hal yang membatalkan shalatnya.
Syaikh
Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul Mu'in, halaman 35 beliau mengatakan :
وَقَدْ
تَجِبُ الْمُفَارَقَةُ كَأَنْ عَرَضَ مُبْطِلٌ لِصَلَاةِ إمَامِهِ وَقَدْ عَلِمَهُ
فَيَلْزَمُهُ نِيَّتُهَا فَوْرًا وَإِلَّا بَطَلَتْ ، وَإِنْ لَمْ يُتَابِعْهُ اتِّفَاقًا
كَمَا فِي الْمَجْمُوْعِ
Niat
mufaraqah itu terkadang wajib, seperti makmum mengetahui ada ha-hal yang
membatalkan shalat imam, maka seketika itu pula ia wajib niat mufaraqah. Jika
tidak niat mufaraqah, maka shalatnya batal sekalipun tidak mengikuti imam. Keputusan
hukum ini telah desepakati oleh para ulama, sebagaimana yang diterangkan dalam
kitab Al-Majmu'
Imam Nawawi
dalam kitabnya Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Jus IV, halaman 256,
beliau mengatakan :
فَإِنْ
صَلَّى خَلْفَ الْمُحْدِثِ بِجَنَابَةٍ أَوْ بَوْلٍ وَغَيْرِهِ وَالْمَأْمُوْمُ عَالِمٌ
بِحَدَثِ اْلإِمَامِ أَثِمَ بِذَلِكَ وَصَلَاتُهُ بَاطِلَةٌ بِالْإِجْمَاع، وَإِنْ كَانَ جَاهِلًا
بِحَدَثِ الْإِمَامِ فَإِنْ كَانَ فِي غَيْرِ الْجُمْعَةِ إِنْعَقَدَتْ
صَلَاتُهُ فَإِنْ عَلِمَ فِي أَثْنَاءِ الصَّلَاةِ حَدَثَ اْلإِمَامِ لَزِمَهُ مُفَارَقَتُهُ
وَأَتَمَّ صَلَاتَهُ مُنْفَرِدًا بَانِيًا عَلَى مَا صَلَّى مَعَهُ فَإِنِ اسْتَمَرَّ
عَلَى الْمُتَابَعَةِ لَحْظَةً أَوْ لَمْ يَنْوِ اْلمُفَارَقَةَ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ
بِالْإِتِّفَاقِ
Jika makmum
shalat di belakang imam yang berhadas dengan sebab junub atau buang air seni
dan lainnya, sedangkan makmum mengetahui bahwa imamnya berhadas, maka ia
berdosa karena perbuatannya itu, dan batal shalatnya menurut ijma'. Jika ia
tidak mengetahui imamnya barhadas selain dari shalat Jum'at, maka sah
shalatnya, Akan tetapi bila ia mengetahui bahwa imamnya itu berhadas di
tengah-tengah shalat, maka wajib baginya niat mufaraqah dengan imam dan
menyempurnakan shalatnya secara munfarid (sendirian) melanjutkan rakaat
shalatnya. Seandainya ia terus saja mengikuti imam sekalipun hanya sebentar
atau tidak berniat mufaraqah, maka shalatnya dinyatakan batal menurut
kesepakatan ulama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar