Minggu, 28 Februari 2016

Pengertian takdir mubram dan takdir mu'allaq





A. TAKDIR MUBRAM

Allah sudah tahu apa yang akan terjadi di dunia ini dan di akhirat nanti, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, sekalipun hal itu belum terjadi.

Sebagai ilustrasi, seorang insinyur yang pandai membuat sebuah gedung pencakar langit. Maka insinyur itu sudah mengetahui betul jauh sebelum gedung itu selesai dibangun, bagaimana bentuknya gedung itu, berapa banyak besi, semen, yang dipakai, jumlah pintu, jendela, kamar, tangga dan lainnya.

Allah adalah Dzat Maha Pencipta (Al-Khaliq), Maha Pembentuk (Al-Mushawwir), Maha Kuasa (Al-Qadir), Maha Mengetahui (Al-Alim). Dia sudah tahu apa yang telah terjadi dan begitu pula yang belum terjadi.

Si Fulan umurnya akan sekian, rezekinya sekian, semua sudah diketahui Allah dalam alam azali, karena Dia yang menciptakan semuanya itu.

Menurut para ulama mutakallimin, ini namanya takdir dalam ilmu Allah. Dalam hal ini Allah swt telah menyatakan dalam Al-Qur'an :

وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. 2 Al Baqarah 29)

Perkataan "segala sesuatu" itu adalah perkataan umum yang meliputi dunia dan akhirat, langit dan bumi, yang dahulu dan yang sekarang serta yang akan datang. Pendeknya semua sudah ada dalam ilmu Allah. Takdir yang dalam ilmu Allah ini tidak akan berubah dan tidak akan dapat diubah oleh situasi dan kondisi bagaimanapun juga kecuali dengan kehendak-Nya. Inilah yang dinamakan takdir mubram atau takdir yang sudah pasti. Allah telah berfirman :

مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (Q.S. 50 Qaaf 29)

Seorang mufassir kenamaan dari kalangan Tabi'in yang namanya Imam Mujahid, menerangkan arti ayat ini adalah :

قَدْ قَضَيْتُ مَا اَنَا قَاضٍ
Aku telah memutuskan apa yang Aku sudah putuskan (Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Juz IV,halaman 404)

B. TAKDIR MU'ALLAQ

Sesungguhnya takdir-takdir untuk makhluk ini telah dituliskan pada lauh mahfudz, sebelum langit dan bumi dijadikan

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
Dari Abdullah bin Umar bin Ash, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Takdir-takdir untuk makhluk ini telah ditetapkan oleh Allah, lima puluh ribu tahun sebelum dijadikan langit dan bumi. (H. R. Muslim no. 6919)

Seorang shabat yang terkenal ahli dalam bidang tafsir dan telah mendapat gelar "Turjumanul Qur'an" yaitu Ibnu Abbas ra, telah menerangkan, sebagaimana telah dikutib oleh Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami' Li Ahkamil Qur'an (Juz XVII, halaman 258), bahwa setelah Allah menjadikan qalam (pena), maka Allah berfirman kepadanya : Tulislah. Maka pena itu pun menuliskan apa yang akan terjadi sampai hari kiamat. Pena itu menulis di Lauhil Mahfudz.

Takdir yang tertulis pada lauh mahfudz ini masih menerima perubahan jika Allah menghendakinya. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman :

يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat ummul kitab (lauh mahfudz). (Q.S. 13 Ar Ra'd 39)

Imam Qurthubi ketika menafsirkan ayat tersebut, beliau berkata : Semua takdir Allah yang telah tertulis (di lauh mahfudz) itu bisa dihapus jika Dia menghendakinya, atau Dia tetapkan sesuai dengan kehendak-Nya. (kitab tafsir, Al-Jami' Li Ahkamil Qur'an, Juz IX, halaman 329)

Penghapusan atau penetapan itu sesuai dengan apa yang ada pada Ummul Kitab, yakni ilmu Allah yang azali

Syaikh Ibrahim Al-Bajuri dalam kitabnya Tuhfatul Murid Syarah Jauharatut Tauhid menerangkan sebagai berikut :

أُمُّ الْكِتَابِ أَيْ أَصْلُ اللَّوْحِ الْمَحْفُوْظِ وَهُوَ عِلْمُهُ تَعَالَى الَّذِيْ لَامَحْوَ فِيْهِ وَلَا إِثْبَاتَ، وَأَمَّا اللَّوْحُ الْمَحْفُوْظُ فَالْحَقُّ قَبُوْلُ مَا فِيْهِ لِلْمَحْوِ وَاْلإِثْبَاتِ
Ummul kitab, yaitu pokok atau pangkal dari lauh mahfudz, yakni ilmu Allah ta'ala yang tidak menerima hapusan dan tidak menerima penetapan. Adapun Lauh mahfudz, menurut pendapat yang benar, menerima hapusan dan penetapan Allah (Kitab Tuhfatul Murid Syarah Jauharatut Tauhid, halaman 95)

Yang dapat menghapus atau mengubah takdir yang telah tertulis pada lauh mahfudz, menurut keterangan Rasulullah saw, antara lain adalah doa.

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ وَلاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَلاَ يَزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ
Dari Tsaubah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang benar-benar terhalang dari rezeki karena ia melakukan suatu dosa, dan tidak ada yang menolak atau mengubah takdir kecuali doa, dan tidak ada yang dapat memanjangkan umur kecuali perbuatan baik . (H. R. Ahmad no. 23049, Ibnu Hibban no. 153)

Ulama mutakallimin mengistilahkan takdir yang tertulis di lauh mahfudz, tetapi masih menerima perubahan dengan istilah takdir mu'allaq, takdir yang belum pasti

Masalah takdir ini amatlah pelik dan sukar sekali untuk dibahas karena menyangkut masalah gaib, sehingga ada ulama yang berpendapat : Tidak begitu perlu membahasnya, yang penting kita meyakini dan mengimani adanya takdir Allah, sebagai rukun iman yang keenam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar