Rabu, 24 Februari 2016

Hukum memakan daging anjing laut





Hukum memakan daging anjing laut itu halal. Oleh karena itu, boleh memakannya. Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur'an :

أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعاً لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُماً وَاتَّقُواْ اللهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. 5 Al Maa-idah 96)

أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيْلَ مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ الْبَحْرِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ.
Abu Hurairah berkata; Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, seraya berkata; Wahai Rasulullah, kami naik kapal dan hanya membawa sedikit air, jika kami berwudhu dengannya maka kami akan kehausan, apakah boleh kami berwudhu dengan air laut? Maka Rasulullah saw menjawab: Ia (laut) adalah suci airnya dan halal bangkainya." (H. R. Abu Daud no. 83, Nasa'i 59 dan lainnya)

Imam Asy-Syaukani, ketika mengomentari hadits ini, khususnya sabda Rasulullah saw : Halal bangkainya, beliau berkata :

( الْحِلُّ مَيْتَتُهُ ) فِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى حِلِّ جَمِيْعِ حَيَوَانَاتِ الْبَحْرِ حَتَّى كَلْبِهِ وَخِنْزِيْرِهِ وَثُعْبَانِهِ وَهُوَ الْمُصَحَّحُ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ ، وَفِيْهِ خِلَافٌ
(Halal bangkainya), padanya terdapat dalil tentang halalnya semua binatang laut, termasuk anjing laut, babi laut dan ular laut. Qoul itulah yang dipandang shahih oleh para ulama madzhab Syafi'i. Padanya terdapat perselisihan pendapat di kalangan ulama. (Kitab Nailul Authur, Juz I, halaman 20)

وَلَاخِلَافَ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ فِي حِلِّ السَّمَكِ عَلَى اخْتِلَافِ أَنْوَاعِهِ، وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوْا فِيْمَا كَانَ عَلَى صُوْرَةِ حَيَوَانِ الْبَرِّ كَالْآدَمِيِّ وَالْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْرِ، فَعِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَهُوَ قَوْلٌ لِلشَّافِعِيَّةِ أَنَّهُ يُحَرَّمُ ، وَالْأَصَحُّ عَنِ الشَّافِعِيَّةِ الْحِلُّ مُطْلَقًا وَهُوَ قَوْلُ الْمَالِكِيَّةِ ، إلَّا الْخِنْزِيْرَ فِي رِوَايَةٍ . وَحُجَّتُهُمْ عُمُوْمُ قَوْلِهِ تَعَالَى : { أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ } وَحَدِيْثُ { هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ } أَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَأَصْحَابُ السُّنَنِ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَابْنُ حِبَّانَ وَغَيْرُهُمَا
Sudah tidak terdapat perselisihan pendapat di kalangan para ulama dalam hal halal ikan dengan beraneka ragamnya. Namun, yang mereka perselisihkan adalah jika keadaan ikan berbentuk binatang darat, seperti manusia, anjing dan babi. Menurut pendapat ulama madzhab Hanafi dan sebagian Qoul dari ulama madzhab Syafi'i, yang demikian itu hukumnya haram. Menurut pendapat yang lebih shahih dari ulama madzhab Syafi'i, hukumnya halal secara mutlak, terdapat pula qoul yang seperti itu dari ulama madzhab Maliki, kecuali babi menurut suatu riwayat. Adapun dalil yang digunakan atau dipegang oleh ulama madzhab Syafi'i ialah keumuman firman Allah swt yang artinya : Dihalalkan bagimu binatang buruan laut. Dan sebuah hadits yang artinya : Ia (laut) adalah suci airnya dan halal bangkainya. Hadits Riwayat Imam Malik dan Ashabus Sunan yang dishahihkan olen Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban dan lainnya. (Kitab Nailul Authur, Juz IX, halaman 28)

Perlu kami ungkapkan, bahwa madzhab Hanbali pun sama denagn madzhab Maliki dan Syafi'i, yakni sama-sama berpendapat anjing laut itu hukumnya halal. Namun, menurut Imam Hanbali anjing laut harus disembelih terlebih dahulu. Sedangkan menurut Imam Maliki dan Imam Syafi'i tidak perlu disembelih, tak ubahnya seperti ikan biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar