Minggu, 06 September 2015

Faham Wahabi dan doktrin kafir




Sekte Wahhabiyah ini dinisbatkan kepada Muhammad Ibnu Abdil Wahhab Ibnu Sulaiman an Najdi. Lahir tahun 1111 H dan wafat 1206 H.
Beliau telah belajar sedikit ilmu agama dari beberapa gurunya termasuk ayahnya sendiri. Disebutkan bahwa dia gemar membaca berita dan kisah-kisah para pengaku kenabian, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Sujah, Aswad Al-Ansi dan Thulaihah Al-Asdi. Sejak masa belajarnya telah tampak dari gelagatnya dalam penyimpangan besar, sehingga ayahnya dan para gurunya mengingatkan masyarakat akan bahaya penyimpangannya. Mereka bertutur “Anak ini akan tersesat dan akan menyesatkan banyak orang yang Allah sengsarakan dan jauhkan dari rahmat-Nya”
Pada tahun 1143 H Muhammad Ibnu Abdil Wahhab menampakkan ajaran kepada aliran baru, akan tetapi ayahnya bersama para masyaikh, guru-guru besar di sana berdiri tegak menghalau kesesatannya itu. Mereka membongkar kebatilan ajakannya. Ajakannya tidak laku, sehingga ketika ayahnya wafat pada tahun 1153 H, ia mulai leluasa dalam ajakannya. Ia mulai menyuarakan kembali ajakannya di kalangan para awam yang lugu dan tak tahu banyak tentang agama, maka sekelompok orang awam menerima ajakannya dan mendukungnya. Atas kelahiran sekte sempalan ini, masyarakat di sana bangkit dan hampir-hampir membunuh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab (penganjurnya). Ia melarikan diri ke kota Al-‘Aniyyah. Di sana ia mendekatkan diri kepada Emir kota tersebut, ia menikah dengan saudari Emir. Di sana ia memulai kembali ajakannya kepada bid’ah yang ia cetuskan itu, tetapi tidak lama kemudian masyarakat Al-‘Aniyyah keberatan dengan ajakannya, mereka mengusirnya dari kota tersebut. Ia pergi meninggalkan Al-‘Aniyyah menuju Ad-Dir’iyyah (sebelah timur kota Najd), sebuah daerah yang dahulu ditinggali oleh Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi itu dan dari kota itulah gerombolan kaum murtadin berusaha menyerang kota Madinah sepeninggal Nabi saw. Di kota tersebut ia mendapat dukungan dari Emirnya yaitu Muhammad Ibn Sa’ud, dan masyarakat di sana menyambut ajakannya dengan hangat.
 
Ketika itu ia bertingkah seakan seorang mujtahid agung. Ia tidak pernah menghiraukan pendapat para imam dan ulama terdahulu maupun yang sezaman dengannya, sementara itu semua tahu bahwa ia sangat tidak layak untuk menyejajarkan dirinya di barisan para ulama mujtahidin. 
Demikianlah disifati oleh saudara kandungnya, seorang alim besar bernama Sulaiman Ibnu Abdil Wahhab. Sebagai saudara kandung ia tahu persis kondisi saudaranya tersebut. Syekh Sulaiman ini telah menulis sebuah kitab yang membahas ajakan saudaranya yang sesat dan menyimpang itu. Di antara beliau mengatakan :

الْيَوْمَ ابْتُلِيَ النَّاسُ بِمَنْ يَنْتَسِبُ إِلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَنْبِطُ مِنْ عُلُومِهِمَا وَلَا يُبَالِى مَنْ خَالَفَهُ وَمَنْ خَالَفَهُ فَهُوَ عِنْدَهُ كَافِرٌ هذَا وَهُوَ لَمْ يَكُنْ فِيهِ خَصْلَةٌ وَاحِدَةٌ مِنْ خِصَالِ أَهْلِ الاجْتِهَادِ وَلَا وَاللهِ وَلَا عُشْرُ وَاحِدَةٍ وَمَعَ هذَا رَاجَ كَلَامُهُ عَلَى كَثِيرٍ مِنَ الْجَهْلِ فَإِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Sekarang orang-orang telah ditimpa bala’ (bencana) dengan seorang yang mengaitkan dirinya dengan Al-Qur’an dan Sunah, menyimpulkan dari keduanya, dan tidak menghiraukan siapa saja yang menyelisihinya. Dan barang siapa yang menyelisihinya adalah kafir menurutnya. Demikianlah, sementara ia bukan seorang yang menyandang satu dari sekian banyak syarat ahli ijtihad. Tidak, demi Allah bahkan sepersepuluh syaratnyapun tidak ia miliki. Namun demikian ucapannya laris di kalangan kaum jahil (bodoh). Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Dasar Pemikiran Wahabisme
Sekte Wahhabiyah memiliki dasar dogma ajaran yang dinyatakan dan dasar yang tersembunyi. Dasar yang dinyatakan adalah memurnikan tauhid hanya untuk Allah swt, memerangi syirik dan berhala-berhala (sesembahan) selain Allah. Akan tetapi realita sepak terjang sekte ini tidak mencerminkan sedikitpun dasar yang mereka nyatakan.
Adapun dasar yang tersembunyi ialah merobek-robek kesatuan umat Islam, membangkitkan fitnah dan mengobarkan peperangan di antara sesama mereka demi kepentingan para penjajah barat. Ini adalah poros yang seluruh upaya dan usaha kaum Wahhabi bergerak untuknya. Inilah dasar sesungguhnya sekte ini yang dasar pertama dinyatakan dan dieksploitasi demi merayu kaum awam yang lugu dan kosong pemahaman agama mereka.
Tidak diragukan lagi bahwa slogan memurnikan tauhid hanya untuk Allah swt, dan memerangi kemusyrikan adalah slogan yang sangat menawan dan memikat. Di bawah selogan itu mereka yang telah terjaring aliran akan bersemangat, sementara itu mereka tidak memahami bahwa slogan itu hanya sekedar kedok demi merealisasikan tujuan awal yang disembunyikan itu.
Pilar Pemikiran Aliran Wahhabiyah
Kaum Wahhabi membagi akidah menjadi dua bagian :
Pertama, yang datang dari Al-Qur’an dan atau Sunah. Mereka mengklaim bahwa bagian ini mereka ambil dari dasar Al-Qur’an dan Sunah tanpa merujuk kepada ijtihad para mujtahidin dalam memahami maknanya, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau para imam mujtahidin lainnya.
Kedua, apa-apa yang tidak ada nash yang datang tentangnya. Di sini mereka mengklaim mengambilnya dari pemahaman Imam Ahmad dan Syekh Ibnu Taimiyah.
Akan tetapi dalam kedua perkara ini mereka mengalami kegagalan, mereka terjatuh dalam kontradiksi dan akhirnya menerjang hal-hal yang terlarang, sebagaimana dapat kita lihat pendapat Imam Ahmad dan Syekh Ibnu Taimiyah di atas (tentang diperbolehkannya membaca Al-Qur’an di sisi kubur, menghadiahkan pahala untuk orang yang telah meninggal, dan lain-lainnya). Allah lebih mengetahui.
Doktrin Takfir
Dewasa ini banyak kelompok dan aliran dalam Islam terjebak dalam jaring perangkap takfir (mengkafirkan orang lain), salah satunya adalah aliran Wahhabiyah ini. Mereka saling melempar tuduhan takfir dan perselisihan mereka seputar masalah-masalah rincian aqidah yang masih dibenarkan terjadi perbedaan pemahaman di dalamnya, gentingnya permusuhan yang terjadi saat ini membuat mereka lupa akan prinsip-prinsip dasar Islam yang menyatukan mereka dan akhirnya berbagai tuduhan keji saling terlontar sampai batas pengafiran individu dan komunitas.
Buku-buku yang kental dengan nuansa pertentangan dan permusuhan telah banyak ditulis, dipublikasikan dan diajarkan serta dijadikan kurikulum halaqah-halaqah dan diskusi, bahkan di sebagian negeri-negeri Islam masih dijadikan buku paket andalan dalam pengajaran akidah Islam.
Untuk itu kami mengingatkan kepada saudara-saudaraku yang kebetulan ingin mengetahui dan memahami tentang Islam, jangan asal beli buku untuk menambah wawasan ke-Islaman, teliti dulu siapa pengarangnya, kitab-kitab yang dikutibnya, ulama-ulama sandarannya dan tidak kalah penting adalah penerbitnya. Di antara penerbit yang banyak menerbitkan buku-buku yang berfaham Wahhabiyah adalah : Pustaka Imam Syafi’i, Pustaka Abu Hanifah, Laa Tasyuk, Ar-Rayyan, At-Tibyan, Darul Hadits. Sebagai saran, bila kita berada di Jawa Timur maka dapat memilih buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit Khalista, atau penerbit-penerbit lain yang berfaham Ahlussunah wal Jama’ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar