Minggu, 09 Agustus 2015

Waspadai media hiburan terhadap anak-anak




      Menyikapi anak-anak yang sibuk menonton televisi, di antara kita sama dan serempak. Kebiasaan menonton televisi (anak-anak dan remaja) adalah sangat berbahaya menurut Islam, pakar psikologi, sosiologi dan kedokteran.
     Pemanfa’atan layar kaca (TV, Vidio, TV Game dll) berdasarkan penelitian, ilmiah terbukti menimbulkan dampak negatif. Di antaranya padangan mata tak normal karena pengaruh sinar ultra violet dari kaca, tubuh menjadi malas, syaraf tergang-gu, kisah khayal dan pertunjukkan berefek negatif, dan lebih besar dari semua itu adalah pertunjukkannya melanggar syari’at dan merusak moral.
      Sebelum kita paparkan berbagai sisi negatif yang ditimbulkan kebiasaan tersebut, perlu ditegaskan kembali di sini bahwa semua itu bukanlah berasal dari televisi sebagai bendanya, akan tetapi yang timbul dari tayangan yang ditampilkannya. Bergantung kepada tayangannya, dan bergantung dengan mayoritas yang terlihat didalamnya itulah standar hukum ditetapkan. Karena yang haram itu sudah jelas dan yang halal itu sudah jelas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallaa-hu alaihi wa Salam.
      Secara jujur kita katakan, bahwa memang ada bebarapa hal positif yang bisa disebutkan sehubungan dengan televisi. Namun dari hari kehari semakin banyak indikasi ilmiah yang menegaskan adanya dampak negatif dari acara televisi melalui berbagai tayangannya, terutama bagi anak-anak kecil.
      Sampai suatu saat muncul program gambar bergerak yang dikenal dengan film kartun, yang memang diciptakan dan dikemas mengikuti berbagai budaya masya-rakat yang tidak islami. Oleh sebab itu, film-film tersebut mengandung berbagai hal-hal haram yang merusak akidah dan fitrah anak-anak, menumbuhkan sikap bandel serta membangkitkan kandungan jiwa yang berkaitan dengan hal-hal yang tabu bagi anak-anak seusia mereka. Kenyataan lain menyebutkan bahwa berbagai riset ilmiah membuk-tikan adanya hubungan yang erat antara waktu yang dihabiskan seorang anak di hadapan monitor televisi beserta bentuk acara yang dinikmatinya dengan keterlambatannya masuk sekolah. Ditambah dengan dampak lain berupa timbulnya sifat nakal dan kecenderungan berbuat jahat, akibat film sadis yang ditontonnya.
      Sehubungan dengan kenyataan itu, Nicolas Van Rogh, ketua Badan Nasio-nal Pendidikan Anak dan Pakar Televisi di Amerika serikat menyatakan: “Kadang-kadang televisi bisa menjadi musuh bagi anak-anak, meski kadang bisa menjadi hadiah yang menyenangkan. Karena menon-ton berbagai program acara yang tidak karuan, dapat menghabiskan porsi terbanyak waktu anak-anak, menghilangkan banyak waktu ber-manfaat yang dapat digunakan untuk belajar, bermain dan tidur.”
      Dampak negatif dari menggeluti layar televisi itu ternyata tidak dapat hilang begitu saja ketika seorang anak sudah beranjak dari masa kanak-kanaknya. Bahkan akan terus mengi-kutinya pada masa-masa selanjutnya. Seorang pakar psikologi, Leonard Iran dari lembaga riset di bawah Perguruan Tinggi Michigin Amerika Serikat telah melakukan penyelidikan terhadap beberapa orang anak di New York sejak tahun 1960 M. hingga 1996, yakni selama 36 tahun dari umur mereka. Ia melakukan penyeli-dikan terhadap tingkah laku mereka. Ia mendapatkan kenyataan bahwa prilaku mereka yang senang menyak-sikan film-film sadis di antara mereka memiliki kecendrungan nakal lebih besar pada masa puber dan masa remaja, lebih banyak memukul isteri dan lebih banyak menenggak minuman keras, serta lebih mudah melakukan tindak-tindak kriminal.
      Memang negara-negara Islam, cukup jauh dari kondisi reaktif yang mencemaskan sebagaimana di negara-negara barat. Terutama kota Mekah dan Al-Madinah yang memiliki keistimewaan sebagai negeri sumber Islam dan tambatan hati kaum muslimin. Hanya saja, dengan adanya berbagai saluran televisi yang tidak mengenal batas, berbagai problematika dan kesulitan membawa ancaman yang lebih serius. Karena seorang anak, berada dalam masa mencari hiburan dan pengisi kekosongan melalui kebiasaannya menikmati saluran-saluran televisi yang terhidang di hadapannya. Pandangan matanya, tidak bisa tidak, akan tertumpu pada hal-hal yang akan menentukan masa depannya. Itulah yang menjadi kesimpulan dari penyelidikan ilmiah yang dilaku-kan oleh Yayasan Anak-anak sekarang ini di Amerika: “Anak-anak adalah Media Hiburan”. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahka ketika anak-anak itu berpindah-pindah dari satu saluran ke saluran TV lainnya yang berisi program-program, ia mulai menjadi korban dari doktrin berbahaya, yang melaui doktrin tersebut mereka mengenal cara menipu, menghilangkan penghor-matan terhadap orang tua, dan melihat aurat yang diharamkan.
      James Steir, ketua Yayasan tersebut di atas memberikan tam-bahan sebagai berikut: “Kenyataan itu menjadi tolok ukur untuk persoalan yang lebih makro. Anak-anak kecil menikmati media-media komunikasi itu dengan cara yang belum pernah mereka kenal sebelum-nya. Mereka akan menghadapi berbagai akibat mengerikan lainnya, melalui kebiasaan` mereka menonton adegan-adegan sadistik dan seksual. Sehingga mereka membutuhkan pendidikan lebih mendalam dan penanaman akhlak yang lebih matang lagi.” Lebih dari itu, berbagai tayangan televisi tersebut banyak menarik minat manusia pada umumnya melalui berbagai penam-pilan yang lepas dari kontrol etika dan moral, seolah-olah menjadi umpan untuk menarik hati mereka. Dengan sendirinya, semua itu akan membawa pengaruh pada pribadi dan masyarakat.
      Satu hal yang cukup vital dalam hal ini adalah menjauhkan anak-anak dari berbagai program yang ngawur dan tidak memperhatikan sisi akhlak dan budi pekerti luhur. Sebaliknya, menyiapkan untuk mereka berbagai program pengganti yang bermanfaat, baik itu melalui layar televisi atau melalui berbagai program pengajaran dan pendidikan melalui komputer dan sejenisnya.
      Bagaimanapun juga, tak seorang pun yang mengingkari adanya berbagai dampak negatif dan bahaya, pasti dari aneka macam tayangan siaran televisi pada umumnya. Meskipun berbagai pakar pendidikan dan pengajaran di beberapa negara barat sekarang banyak yang mene-riakkan pentingnya memberikan penekanan pada disiplin moral dalam berbagai program siaran. Hal ini semakin menegaskan keharusan kaum muslimin untuk berpegang pada media komunikasi yang terpelihara, televisi atau media komunikasi lainnya. Di mana mereka memper-hatikan sisi ajaran syariat dengan sempurna. Inilah satu jalan hidup yang harus menjadi rujukan bagi umat manapun di dunia, kalau mereka menginginkan keselamatan bagi masyarakat.
      Hal ini juga semakin menguatkan arahan untuk menciptakan program komunikasi yang bermutu yang dapat memberikan contoh terbaik bagi masyarakat Islam, untuk menjadi keluarga ideal bagi generasi selanjutnya. Karena bisa saja datang satu masa, dimana seorang anak kecil, remaja, atau pemuda berkhayal untuk menjadi seorang tokoh atau olah-ragawan, sementara ia sendiri menganggur tanpa kerja dan tanpa keahlian untuk dapat merealisasikan baktinya kepada negara. Ada baiknya juga ditampilkan para ulama, para pakar kedokteran, para guru, para insinyur dan berbagai pakar keilmuan lainnya yang menentukan keberhasilan kemajuan dalam negeri, untuk menjadi contoh bagi generasi selanjutnya. Hal itu juga dapat menjadi daya tarik bagi generasi yang sedang tumbuh berkembang untuk mengikuti jejak mereka dan menjadi orang-orang yang berkarya besar di tengah masyarakat. Maka akan datang pula satu hari, di mana seorang anak pada hari pertama pergi ke sekolah, tanpa sungkan ia menyatakan, bahwa cita-citanya adalah: mendapatkan semua ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat dan umatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar