Jumat, 07 Agustus 2015

membina keluarga sakinah





      untuk mewujudkan keluarga yang berkemampuan mulia, tentu diperlukan keria sama yang solid dan saling mengisi dan meleng-kapi. Keduanya harus rela hati bersatu padu dan bahu membahu. Suami tidak akan mampu mewujudkannya tanpa peran serta isteri, demikian pula isteri, tanpa bantuan dan pertolongan suami.

       Kehidupan dunia bagaikan lautan, terkadang surut terkadang pasang. Bagikan siang dan malam, terkadang terang-benderang terkadang gelap-pekat. Itulah sunnatullah yang harus dihadapi dengan lapang dada dan husnudzdzon kepada-Nya. Pada hakikatnya semua problem amatlah berguna bagi orang yang memahaminya seba-gai tantangan bukan sebagai halangan yang memutus-asakan. Seorang muslim-mukmin pasti memilih ber-sikap positive thinking ketika menghadapi suatu masalah dan menyediakan diri mencari celah dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
      Hal itu semata didasarkan pada keyakinannya bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (Q.S. 94 Alam Nasyrah 5). Dalam ayat lain : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(Q.S. 2 Al Baqarah 216). “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (Q.S. 65 Ath Thalaaq 2)
      Setiap manusia dalam hidup ini pasti menghadapi masalah, tak terkecuali para nabi. Bahkan para nabi mendapatkan ujian terberat. Namun karena kedekatan dan husnudzdzonnya kepada Allah mereka mampu keluar darinya dengan baik nan cantik.
      Dalam hidup ini tidak ada hasil tanpa didahului dengan upaya dan usaha terlebih dahulu. “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Q.S. 53 An Najm 39).
      Namun sebaik muslim-mukmin yang yakin pasti memahami bahwa pada kenyataannya, hasil tidak sepenuhnya bisa diramalkan seratus persen. Karenanya, dalam Dinul Islam selain berupaya dan berusaha bekerja secara maksimal, seseorang juga meniatkan-nya untuk mencari ridha Allah Swt (ibadah). Allah-lah yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa mendatangkan hasil. Itulah yang diteladankan Ibunda Hajar ra. Dia menentukan prioritas dan upaya yang jelas, yaitu mencari air, bukan yang lain. Kemudian ia berlari-lari bolak-balik antara Shafa dan Marwah dalam upaya maksimalnya mendapatkan air. Namun pada akhirnya air itu diperoleh di dekat Ka’bah, bukan di Shafa atau Marwah.
      Jadi, marilah kita tradisi biasakan memberikan teladan bekeria keras, berusaha gigih dan berupaya maksimal untuk kemudian bertawakkal kepada Allah tentang hasil yang akan dicapai, niscaya Allah akan memberikan hasil yang terbaik kepada kita. Janganlah kita menjadi contoh yang buruk, yakni men-dambakan kesuksesan besar tapi miskin usaha dan upaya dan lebih memilih jalan pintas daripada jalan lurus yang telah terbukti dapat membahagiakan semua orang, yaitu jalan Allah dan Rasul-Nya: “(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. 2 Al Baqarah 112)
      Sementara itu sang isteri mewujudkannya dalam pengabdian tulusnya menjaga suasana rumah agar tetap terhiasi dengan aneka keindahan dan kedamaian yang tidak bertentangan dengan pera-turan agama. Bersama-sama dengan sang suami menjaga dan mengarahkan putera-puterinya agar senantiasa berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jangan sampai mereka ikut-ikutan dengan polah tingkah para remaja yang terjerumus dalam propa-ganda budaya yang amoral. Mulai dari sikap, tingkah laku, cara ber-pakaian dan pergaulan mereka.
      Akibatnya bisa kita saksikan, betapa banyak pemuda-pemudi (terutama mahasiswa dan maha-siswi) yang terjerumus pada perzinaan, bahkan tidak sedikit yang merekam perbuatan nista tersebut dengan kamera elek-tronik yang sekarang ini mudah diperoleh dan dipergunakan oleh siapa pun dan untuk apa pun. Mengerikan sekaligus menjijikkan, namun merupakan kenyataan.
      Salah satu amalan penting yang sering diabaikan oleh sebagian besar kaum muslimin dalam membina rumah tangga ialah berdoa. Sebagai orang yang beriman seharusnya meyakini bahwa doa adalah salah satu dari sekian faktor keberhasilan sese-orang. Doa adalah sejajar dengan usaha, bahkan lebih utama. Bahkan Allah telah menyatakan bahwa salah satu satu sifat ibaadurrrahman (para hamba kekasih Allah) ialah orang yang istiqamah mendokan istri dan keluarganya, sebagaimana difirmankan-Nya: Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. 25 Al Furqaan 74)
      Karenanya, dalam rangka mencip-takan suasana rumah tangga idaman sudah saatnya setiap kaum muslimin mentra-disikan saling mendoakan keluarganya; suami mendoakan isteri, isteri mendokan suami, orang tua mendoakan anak dan tentu saja anak mendoakan orang tua. Doa merupakan pengakuan tulus akan kekurangan dan keterbatasan seorang hamba dan kesadarannya yang tinggi terhadap ke-Mahasempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla. Sungguh sangat-lah tidak patut jika kita sebagai makhluk yang lemah nan bodoh ini merasa mampu mengawasi, melindungi, mengarahkan dan menata keluarga dan enggan untuk memohon pertolongan kepada Dzat Yang Maha sempurna. Bukankah Khalilullah, Ibrahim as telah memberikan uswah dengan doa indahnya yang diabadikan dalam Al-Qur’an: 
    “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala”.
    “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguh-nya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
     “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”.
    “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit”.
    “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa”.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”.
      Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
(Q.S. 14 Ibrahim 35-41)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar