Jumat, 24 Juli 2015

tabarruk dengan keringat, rambut dan kuku Nabi



Di bawah ini kami sampaikan beberapa hadits yang menerangkan para sahabat tabarruk dengan keringat, rambut dan kuku Nabi :


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ ثُمَامَةَ عَنْ
أَنَسٍ أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ كَانَتْ تَبْسُطُ لِلنَّبِيِّ r نِطَعًا فَيَقِيْلُ عِنْدَهَا عَلىٰ ذٰلِكَ النِّطَعِ قَالَ فَإِذَا نَامَ النَّبِيُّ r أَخَذَتْ مِنْ عَرَقِهِ وَشَعَرِهِ فَجَمَعَتْهُ فِي قَارُوْرَةٍ ثُمَّ جَمَعَتْهُ فِي سُكٍّ قَالَ فَلَمَّا حَضَرَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ الْوَفَاةُ أَوْصٰى إِلَيَّ أَنْ يُجْعَلَ فِي حَنُوْطِهِ مِنْ ذٰلِكَ السُّكِّ قَالَ فَجُعِلَ فِي حَنُوْطِهِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'd telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al-Anshari dia berkata; telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Tsumamah dari Anas bahwa Ummu Sulaim, bahwa dia biasa membentangkan tikar dari kulit untuk Nabi saw, lalu beliau istirahat siang di atas tikar tersebut, Anas melanjutkan; "Apabila Nabi saw telah tidur, maka Ummu Sulaim mengambil keringat dan rambutnya yang terjatuh dan meletakkannya di wadah kaca, setelah itu ia mengumpulkannya di sukk (ramuan minyak wangi), Tsumamah berkata; 'Ketika Anas bin Malik hendak meninggal dunia, maka dia berwasiat supaya ramuan tersebut dicampurkan ke dalam hanuth (ramuan yang digunakan untuk meminyaki mayyit), akhirnya ramuan tersebut diletakkan di hanuth (ramuan yang digunakan untuk meminyaki mayyit)." (H.R. Bukhari no. 6281)

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا هَاشِمٌ يَعْنِي ابْنَ الْقَاسِمِ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ r فَقَالَ عِنْدَنَا فَعَرِقَ وَجَاءَتْ أُمِّيْ بِقَارُوْرَةٍ فَجَعَلَتْ تَسْلِتُ الْعَرَقَ فِيْهَا فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ r فَقَالَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هٰذَا الَّذِي تَصْنَعِيْنَ قَالَتْ هٰذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيْبِنَا وَهُوَ مِنْ أَطْيَبِ الطِّيْبِ

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb; Telah menceritakan kepada kami Hasyim yaitu Ibnu Al-Qasim dari Sulaiman dari Tsabit dari Anas bin Malik dia berkata; Nabi saw pernah berkunjung ke rumah kami. kemudian beliau tidur sebentar (Qailulah) di rumah kami hingga berkeringat. Lalu Ibu saya mengambil sebuah botol dan berupaya memasukkan keringat Rasulullah saw itu ke dalam botol tersebut. Tiba-tiba Rasulullah terjaga sambil berkata kepada ibu saya; 'Hai Ummu Sulaim, apa yang kamu lakukan terhadap diriku? Ibu saya menjawab; 'Kami hanya mengambil keringat engkau untuk kami jadikan wewangian kami.' keringat beliau merupakan salah satu wewangian yang paling harum wanginya. (H.R. Muslim no. 6201)

وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا حُجَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ وَهُوَ ابْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ r يَدْخُلُ بَيْتَ أُمِّ سُلَيْمٍ فَيَنَامُ عَلىٰ فِرَاشِهَا وَلَيْسَتْ فِيْهِ قَالَ فَجَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَامَ عَلىٰ فِرَاشِهَا فَأُتِيَتْ فَقِيْلَ لَهَا هٰذَا النَّبِيُّ r نَامَ فِي بَيْتِكِ عَلىٰ فِرَاشِكِ قَالَ فَجَاءَتْ وَقَدْ عَرِقَ وَاسْتَنْقَعَ عَرَقُهُ عَلىٰ قِطْعَةِ أَدِيْمٍ عَلىٰ الْفِرَاشِ فَفَتَحَتْ عَتِيْدَتَهَا فَجَعَلَتْ تُنَشِّفُ ذٰلِكَ الْعَرَقَ فَتَعْصِرُهُ فِي قَوَارِيْرِهَا فَفَزِعَ النَّبِيُّ r فَقَالَ مَا تَصْنَعِيْنَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللهِ نَرْجُوْ بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا قَالَ أَصَبْتِ

Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi'; Telah menceritakan kepada kami Hujain bin Al-Mutsanna; Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz yaitu Ibnu Abu Salamah dari Ishaq bin 'Abdillah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik dia berkata; "Rasulullah saw pernah berkunjung ke rumah Ummu Sulaim. Lalu beliau tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim, ketika ia sedang tidak berada di rumah. Anas berkata; 'Pada suatu hari, Rasulullah saw datang ke rumah kami dan tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim disuruh pulang dan diberitahu bahwasannya Nabi saw sedang tidur di atas tempat tidurnya. Anas berkata; 'Ketika Ummu Sulaim tiba di rumah, Nabi saw telah berkeringat, dan keringat beliau tergenang di tikar kulit di atas tempat tidur.' Maka Ummu Sulaim segera membuka tasnya dan segera mengusap keringat Rasulullah dengan sapu tangan dan memerasnya ke dalam sebuah botol. Tiba-tiba Nabi saw terbangun dan terkejut seraya berkata; 'Apa yang kamu lakukan hai Ummu Sulaim? Ummu Sulaim menjawab; 'Ya Rasulullah, kami mengharapkan keberkahan keringat engkau untuk anak-anak kami. Rasulullah saw bersabda: "Kamu benar hai Ummu Sulaim"  (H.R. Muslim no. 6202)

            Dari hadits di atas, sangat jelas bahwa Rasulullah saw tidak melarang sahabatnya (Ummu Sulaim) untuk mengambil keringat beliau  dan Ummu Sulaim mengharap keberkahan dari keringat tersebut, bahkan Rasulullah membenarkan perbuatan Ummu Sulaim, dan tidak ada perkataan Nabi sama sekali bahwa perbuatan itu syirik, musyrik, terlarang.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا أَيُّوْبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ
عَنْ أَنَسٍ عَنْ أُمِّ سُلَيْمٍ أَنَّ النَّبِيَّ r كَانَ يَأْتِيْهَا فَيَقِيْلُ عِنْدَهَا فَتَبْسُطُ لَهُ نِطْعًا فَيَقِيْلُ عَلَيْهِ وَكَانَ كَثِيْرَ الْعَرَقِ فَكَانَتْ تَجْمَعُ عَرَقَهُ فَتَجْعَلُهُ فِي الطِّيْبِ وَالْقَوَارِيْرِ فَقَالَ النَّبِيُّ r يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هٰذَا قَالَتْ عَرَقُكَ أَدُوْفُ بِهِ طِيْبِيْ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami 'Affan bin Muslim; Telah menceritakan kepada kami Wuhaib; Telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dari Ummu Sulaim bahwa Nabi saw pernah mendatangi Ummu Sulaim, dan tidur siang di rumahnya. Maka Ummu Sulaim menghamparkan karpet kulit untuk beliau dan beliau pun tidur di atasnya. Ternyata beliau mengeluarkan keringat yang banyak. Akhirnya Ummu Sulaim mengumpulkan keringat beliau dan memasukkannya ke dalam tempat minyak wangi dan botol-botol. Lalu Nabi saw bertanya: 'Wahai Ummu Sulaim, Apa ini? Dia menjawab; 'Ini adalah keringatmu yang aku campur dengan minyak wangiku.' (H.R. Muslim no. 6203)

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيْلُ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ أَرْسَلَنِيْ أَهْلِي إِلٰى أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ r بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ وَقَبَضَ إِسْرَائِيْلُ ثَلَاثَ أَصَابِعَ مِنْ قُصَّةٍ فِيْهِ شَعَرٌ مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ r وَكَانَ إِذَا أَصَابَ الْإِنْسَانَ عَيْنٌ أَوْ شَيْءٌ بَعَثَ إِلَيْهَا مِخْضَبَهُ فَاطَّلَعْتُ فِي الْجُلْجُلِ فَرَأَيْتُ شَعَرَاتٍ حُمْرًا
Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Isra`il dari Utsman bin Abdullah bin Mauhab berkata; "Keluargaku pernah menyuruhku menemui Ummu Salamah isteri Nabi saw dengan membawa mangkuk berisi air, sementara Isra'il memegang mangkuk tersebut menggunakan tiga jarinya yang didalamnya terdapat beberapa helai rambut Nabi saw, apabila ada seseorang yang menderita sakit mata atau penyakit lainnya mengirim pesuruh kepadanya membawa wadah (makhdhabah), yang lazim digunakan untuk mencelupkan sesuatu. (‘Utsman bin Abdullah berkata lebih lanjut) : ‘Aku mencoba melihat apa yang berada didalam genta, ternyata kulihat ada guntingan-guntingan rambut berwarna kemerah-merahan”.  (H.R. Bukhari no. 5896)

Imam Al-‘Aini mengatakan, bahwa keterangan mengenai soal diatas tersebut sebagai berikut: “Ummu Salamah menyimpan sebagian dari guntingan rambut Rasulallah saw., yang berwarna kemerah-merahan, ditaruh dalam sebuah wadah seperti genta. Banyak orang diwaktu sakit bertabarruk pada rambut beliau saw. dan mengharap kesembuhan dari keberkahan rambut tersebut. Mereka mengambil sebagian dari rambut itu lalu dicelupkan ke dalam wadah berisi air, kemudian mereka meminumnya. Tidak lama kemudian penyakit mereka sembuh. Keluarga ‘Utsman mengambil sedikit air itu, ditaruh dalam sebuah wadah dari perak. Mereka lalu meminumnya dan ternyata penyakit yang mereka derita menjadi sembuh. Setelah itu mereka menyuruh ‘Ustman mencoba melihat dan ternyata dalam genta itu terdapat beberapa guntingan rambut berwarna kemerah-merahan”. (‘Umdatul-Qari Syarh Shahih Al-Bukhari jilid 17 hal. 79).
وَحَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُوْ كُرَيْبٍ قَالُوْا أَخْبَرَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ بِهٰذَا الإِسْنَادِ أَمَّا أَبُوْ بَكْرٍ فَقَالَ فِى رِوَايَتِهِ لِلْحَلاَّقِ «هَا». وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبِ الأَيْمَنِ هَكَذَا فَقَسَمَ شَعَرَهُ بَيْنَ مَنْ يَلِيْهِ  قَالَ  ثُمَّ أَشَارَ إِلَى الْحَلاَّقِ وَإِلَى الْجَانِبِ الْأَيْسَرِ فَحَلَقَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّ سُلَيْمٍ. وَأَمَّا فِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ قَالَ فَبَدَأَ بِالشِّقِّ الْأَيْمَنِ فَوَزَّعَهُ الشَّعَرَةَ وَالشَّعَرَتَيْنِ بَيْنَ النَّاسِ ثُمَّ قَالَ بِالْأَيْسَرِ فَصَنَعَ بِهِ مِثْلَ ذٰلِكَ ثُمَّ قَالَ هَاهُنَا أَبُو طَلْحَةَ . فَدَفَعَهُ  إِلٰى أَبِى طَلْحَةَ.

Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Abu Kuraib mereka berkata, telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dari Hisyam dengan isnad ini. Adapun Abu Bakr, maka ia berkata dalam riwayatnya; (Beliau bersabda kepada tukang cukur): "Haa (cukurlah rambutku)." Beliau sambil memberi isyarat ke arah kepala bagian kanannya seperti ini. Lalu beliau membagi-bagikan rambutnya kepada mereka yang berada di dekat beliau. Setelah itu beliau memberi isyarat kembali ke arah kepala bagian kiri, maka tukang cukur itu pun mencukurnya, dan beliau pun memberikan rambut itu kepada Ummu Sulaim. Adapun dalam riwayat Abu Kuraib ia menyebutkan; Tukang cukur itu pun memulainya dari rambut sebelah kanan seraya membagikannya kepada orang-orang, baru pindah ke sebelah kiri dan juga berbuat seperti itu. kemudian beliau bertanya, "Mana Abu Thalhah?" maka beliau pun memberikan rambut itu pada Abu Thalhah. (H.R. Muslim 3213).

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَاصِمٍ عَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ قَالَ قُلْتُ لِعَبِيْدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ r أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لَأَنْ تَكُوْنَ عِنْدِيْ شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Isra’il dari 'Ashim dari Ibnu Sirin berkata, Aku berkata kepada Abidah, Kami memiliki rambut Nabi saw yang kami dapat dari Anas, atau keluarga Anas. Ia lalu berkata, Sekiranya aku memiliki satu helai rambut Rasulullah, maka itu lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya. (H.R. Bukhari no. 170)

Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar memberi penjelasan mengenai hadits di atas dalam kitabnya Fathul Baari (Syarah Shahih Bukhari), di antaranya beliau  menerangkan :
وَفِيْهِ التَّبَرُّكِ بِشَعْرِهِ r وَجَوَازِ إِقْتِنَائِهِ
Terdapat pula penjelasan kebolehan tabarruk (mencari berkah) dengan rambut beliau saw dan menyimpannya. (Fathul Baari, Syarah Shahih Bukhari juz 1 halaman 278)

قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبَانُ هُوَ الْعَطَّارُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيٰى يَعْنِي ابْنَ أَبِي كَثِيْرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ شَهِدَ النَّبِيَّ r عَلىٰ الْمَنْحَرِ وَرَجُلًا مِنْ قُرَيْشٍ وَهُوَ يَقْسِمُ أَضَاحِيَّ فَلَمْ يُصِبْهُ مِنْهَا شَيْءٌ وَلَا صَاحِبَهُ فَحَلَقَ رَسُولُ اللهِ r رَأْسَهُ فِي ثَوْبِهِ فَأَعْطَاهُ فَقَسَمَ مِنْهُ عَلىٰ رِجَالٍ وَقَلَّمَ أَظْفَارَهُ فَأَعْطَاهُ صَاحِبَهُ قَالَ فَإِنَّهُ لَعِنْدَنَا مَخْضُوْبٌ بِالْحِنَّاءِ وَالْكَتَمِ يَعْنِي شَعْرَهُ
Ahmad bin Hanbal ra berkata; telah menceritakan kepada kami Abdushshomad bin Abdul Warits berkata; telah menceritakan kepada kami Aban Al 'Aththar, berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya yaitu Ibnu Abu Katsir, dari Abu Salamah dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid bahwa bapaknya menceritakannya, dia melihat Rasulullah saw di atas tempat penyembelihan dan seorang laki-laki dari Quraisy yang membagikan daging sembelihan sedangkan dia tidak mendapatkan bagian dari daging sembelihan tersebut. Begitu juga sahabatnya, maka Rasulullah memangkas rambutnya dengan mengenakan baju, lalu beliau memberikannya (rambut) kepada orang-orang (sahabat) untuk dibagi. Kemudian beliau memotong kuku yang kemudian diberikan kepada sahabatnya. Ia (Abdulah bin Zaid) berkata: ‘Kami dapati hal itu diwarnai dengan pacar, yaitu; rambut beliau’ “. (H.R. Ahmad no. 16921)

Dalam hadits-hadits di atas terdapat penjelasan dan dalil-dalil kuat tentang tabarruk dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah. Rasulullah sendiri yang membagi-bagikan potongan rambutnya di antara para sahabatnya, agar mereka bertabarruk dengannya. Juga agar mereka menjadikannya sebagai wasilah dalam berdoa kepada Allah, serta menjadikan rambut-rambut yang mulia tersebut sebagai jalan untuk bertaqarrub kepada-Nya. Rasulullah membagi-bagikan rambut-rambutnya agar menjadi berkah yang terus menerus ada dan sebagai kenangan bagi para sahabatnya, juga bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Dari sinilah kemudian orang-orang yang dimuliakan Allah dalam kehidupan mereka mengikuti apa yang dilakukan para sahabat dalam mencari berkah dengan peninggalan-peninggalan Rasulullah. Dimana hal ini kemudian menjadi tradisi yang diwarisi kaum Khalaf dari kaum Salaf. Sudah barang tentu Rasulullah membagi-bagikan potongan rambut dan kuku beliau bukan untuk dimakan oleh para sahabat beliau, melainkan agar mereka bertabarruk dengan rambut dan potongan kuku tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar