Jumat, 24 Juli 2015

DALIL HADIAH PAHALA UNTUK MAYIT



Dalil kesatu

عَنْ مِعْقَلِ ابْنِ يَسَارٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِقْرَءُوْا يٰس  عَلىٰ مَوْتَاكُمْ. رواه ابو داود
:Dari Mi’qal bin Yasar, Nabi Muhammad saw bersabda : Bacakanlah Yasin  untuk orang yang mati diantara kamu”. (H.R. Abu Dawud).

            Dalam hadits ini dinyatakan bahwa orang yang telah mati baik sekali dibacakan surat Yasin, yang faedah (pahala) membacanya itu dihadiahkan kepada orang yang telah mati.

            Arti ‘mauta’ dalam hadits ini adalah orang yang telah mati dengan bukti bahwa Imam Abu Dawud memberi judul hadits ini dengan “Babul quraati ‘indal mayyiti” artinya “Bab membaca ayat di hadapan orang mati”

            Di dalam Al-Qur’an perkataan ‘mauta’ itu artinya orang yang telah mati, sebagai mana tersebut  di bawah ini :

إِنَّكَ لاَ تُسْمِعُ الْمَوْتٰى وَلاَ تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعآءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِيْنَ
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang”. (Q.S. 27 An Naml 80).

            Dalam bukunya (Fatawa) K.H. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, sehubungan dengan hadits tersebut, ia menukil pendapat seorang ulama besar yang bernama Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dalam kitab Dzakhiratus Tsaminah yaitu :

وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ وَلاَ فَرْقَ بَيْنَ تِلاَوَةِ  يٰس مِنَ الْجَمَاعَةِ الْحَاضِرِيْنَ عِنْدَ الْمَيِّتِ اَوْ عَلىٰ قَبْرِه۪ وَبَيْنِ تِلاَوَةِ جَمِيْعِ الْقُرْآنِ اَوْبَعْضِه۪ لِمَيِّتِ فِى مَسْجِدِه۪ اَوْ بَيْتِه۪

“Hadits ini derajatnya hasan. Tidak ada bedanya antara bacaan Yasin dari jama’ah yang hadir dekat orang mati atau di atas kuburnya dengan membaca seluruh ayat Al-Qur’an, atau sebagiannya bagi orang mati di masjid atau rumahnya”.

 Dalil kedua

عَنِ ابْنِ عَباَّسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ امْرَاَةً مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : إِنَّ اُ مَّى نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَلَمْ تَحُجَّ حَتّٰى مَاتَتْ اَفَأَحُجَّ عَنْهَا ؟ قَالَ: نَعَمْ. حُجِّى عَنْهَا, اَرَاَيْتِ لَوْكَانَ عَلىٰ اُمُّكِ دَيْنٌ اَكُنْتِ قَاضِيَتَه۫؟ اُقْضُواللهَ، فَااللهُ اَحَقُّ بِالْوَفَاءِ. رواه البخارى
“Dari Ibnu Abbas (sahabat Nabi)  ra, beliau berkata : Bahwasanya seorang wanita dari suku Juhainah datang kepada Nabi Muhammad saw. lalu bertanya : Bahwasanya ibuku bernadzar akan naik haji, tetapi ia meninggal sebelum mengerjakan haji itu, apakah boleh saya menggantikan hajinya itu? Jawab Nabi, ya boleh, naik hajilah menggantikan dia. Perhatikanlah, umpama ia berhutang tentu engkau bisa membayar hutangnya, maka hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar.” (H.R. Bukhari).

            Dalam hadits ini dapat difahamkan bahwa pahala amal haji yang dikerjakan oleh seseorang anak boleh diberikannya (dihadiahkannya) kepada ibunya, sehingga hutang nadzar ibunya menjadi terbayar dan ibunya tidak berdosa lagi terhadap Allah saw.
           
Dalil ketiga
           
عَنِ ابْنِ عَباَّسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلاً يَقُوْلُ : لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ، قَالَ : مَنْ شُبْرُمَةُ؟ قَالَ : اَخٌ لِى اَوْقَرِيْبٌ لِى، قَالَ: اَحَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ، قَالَ : لاَ، قَالَ : حُجِّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجِّ عَنْ شُبْرُمَةَ. رواه ابو داود
“Dari Ibnu Abbas (sahabat Nabi)  ra, beliau berkata, bahwasanya Nabi saw. Mendengar seorang lelaki membaca talbiyah (dalam ibadah haji) ‘Labbaika an Syubrumah’. Lantas Nabi bertanya kepada orang itu : siapa Syubrumah itu? Jawabnya : Saudara (karib) saya. Apakah kamu sudah mengerjakan haji untukmu? Tanya Nabi. Belum jawabnya. Nabi bersabda : Hajilah dulu untukmu, kemudian baru menghajikan Syubrumah”. (H.R. Abu Dawud)  
            Hadits ini menyatakan bahwa ibadah haji seseorang boleh digantikan orang lain, bukan antara anak dan orang tuanya. Dan hadits inilah yang menjadi dasar bagi orang Islam yang membiasakan membayar seseorang untuk mengerjakan haji bagi orang-orang yang telah meninggal.

Dalil keempat

عَنِ ابْنِ عَباَّسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَ رَكُبًا بِالرُّوْحَاءِ، فَقَالَ : مَنِ الْقَوْمُ؟ قَالُوْا : اَلْمُسْلِمُوْنَ. فَقَالُوْا : مَنْ اَنْتَ؟ قَالَ : رَسُوْلُ اللهِ. فَرَفَعَتِ امْرَاَةٌ اِلَيْهِ صَبِيًّا. فَقَالَتْ : أَلِهَذَا حِجٌّ؟ قَالَ : نَعَمْ. وَلَكَ اَجْرٌ. رواه مسلم                                                                                               
“Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi Muhammad saw. beliau berjumpa dengan sekumpulan orang di Rauha’ (36 mil dari Madinah), maka Nabi bertanya : Siapakah kaum ini ? Jawab mereka : Kami kaum Muslimin, Mereka bertanya pula : Siapa tuan ? Nabi menjawab : Saya Rasulullah. Seorang wanita mengangkat seorang anaknya dan bertanya kepada Nabi : Apakah anak kecil ini boleh mengerjakan haji ? Jawab Nabi : Ya, boleh dan kamu mendapat pahalanya.” ( H.R. Muslim ).

Dalil kelima

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا, أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ. رواه مسلم                                                            
 “Dari Ummul Mu’minin Siti ‘Aisyah rdh, beliau berkata: Bahwasanya Nabi bersabda : Barang siapa meninggal sedang ia berhutang puasa, maka walinya boleh menggantikan puasanya itu.” ( H.R. Muslim ).

            Imam Nawawi berkata : “Menurut madzhab kita (madzhab Syafi’i) adalah sunah hukumnya bagi wali untuk membayar hutang puasa orang yang telah wafat itu.Dan masih menurut beliau, yang dimaksud wali di sini adalah ashabah (karib kerabat) atau ahli waris atau lainnya.

Dalil keenam

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَباَّسٍ أَنَّ سَعْدَبْنَ عُبَادَةَ اسْتَفْتىَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :      إِنَّ اُ مِّى مَاتَتْ وَعَلَيْهَا نَذْرٌ لَمْ تَـقْضِه۪، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِقْضِه۪ عَنْهَا. رواه ابو دود
“Dari Abdillah bin Abbas, bahwasanya Sa’ad bin Ubadah minta fatwa kepada Rasulullah saw, tentang nadzar ibunya yang belum dibayar, tetapi ibunya telah meninggal, maka Rasulullah saw, memberi fatwa : bayarlah nadzar itu pengganti dia”. (H.R. Abu Daud)

Dalil ketujuh

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَجُلًا اَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : اِنَّ اُ مِّى اقْتُلِيَتْ نَفْسُهَا وَلَمْ تُوْ صِ وَاَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ اَفَلَهَا اَجْرٌ  اِنَّ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ نَعَمْ. رواه مسلم
“Dari ‘Aisyah bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi saw, dan bertanya : Sesungguhnya ibu saya meninggal tiba-tiba, saya kira kalau ia dapat bicara sebelumnya tentu ia akan bersedekah, apakah ia akan dapat pahala kalau saya bersedekah menggantikannya? Jawab Nabi, Ya”. (H.R. Muslim)

            Perlu diketahui bahwa bacaan tasbih, takbir, tahlil adalah termasuk  shadaqah. Hal ini dapat dilihat dalam kitab Hadits Arba’in An-nawawiyah, hadits yang ke 25 sebagai berikut  :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً قَالُوا  : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ . رواه مسلم
“Dari Abu Dzar ra, : Sesungguhnya sejumlah orang dari sahabat Rasu-lullah saw, berkata kepada Rasulullah saw : “ Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah saw,) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? : Sesung-guhnya setiap tasbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala”. (H.R. Muslim)
Dalil kedelapan

عَنْ حَنَشٍ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّه۫ كَانَ يُضَحِّى بِكَبْشَيْنِ اَحَدُهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلآخَرَ عَنْ نَفْسِه۪، فَقِيْلَ لَه۫، فَقَالَ : اَمَرَنِى بِه۪ يَعْنِى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ اَدَعُه۫ اَبَدًا. رواه الترمذى
“Dari Hanasy, dari Saidina Ali, bahwasanya beliau berkorban dengan dua ekor kibasy, satunya (pahalanya) untuk Nabi Muhammad saw, dan lainnya (pahalanya) untuk diri beliau, maka orang bertanya tentang ini, beliau menjawab: Demikian itu disuruh oleh Nabi saw, kepada saya, karena itu saya memperbuat selalu dan tidak pernah meninggalkannya”. (H.R. Tirmidzi)

            Kelihatan dalam hadits ini bahwa Nabi Muhammad saw. Menyuruh seseorang berbuat kebaikan dengan berkorban seekor kambing dan pahalanya diberikan untuk beliau. Perintah Nabi ini dikerjakan terus oleh Saidina Ali.

            Kalau ada orang yang berfatwa bahwa menghadiahkan pahala itu tidak boleh (tidak sampai) maka ia menentang hadits ini.

Dalil kesembilan

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَامِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ فَيُصَلِّى عَلَيْهِ ثَلاَ ثَةُ صُفُوْفٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اِلاَّ اَوْجَبَ. رواه ابو دود والترمذى
Rasulullah saw, bersabda: “Tidaklah dari seorang muslim yang meninggal dunia dan kemudian dishalatkan oleh tiga shaf dari orang muslimin, kecuali ia mendapat ampunan”. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)

            Hadits ini menerangkan bahwa seseorang yang meninggal kalau jenazahnya dishalatkan oleh 3 shaf, maka si mayat itu telah berhak mendapatkan ampunan dari Allah.

            Shalat 3 shaf itu bukan amal si mayat, bukan pekerjaannya, tetapi amal orang lain yang masih hidup, tetapi ia mendapat pahala dan beruntung karenanya. Ini adalah suatu bukti bahwa amal orang lain (tidak saja dari anak atau keluarganya) bisa didapat pahalanya oleh orang lain.

Dalil kesepuluh

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَيَّتٍ تُصَلِّى عَلَيْهِ اُمَّةٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ يَبْلُغُوْنَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُوْنَ لَهُ اِلاَّ شَفِعُوْافِيْهِ. رواه مسلم
Rasulullah saw, bersabda: “Tidaklah dari mayat yang dishalatkan oleh sekumpulan umat Islam yang jumlahnya mencapai 100 orang yang semuanya berdo’a untuknya, kecuali do’a (syafa’at) mereka diterima untuknya”. (H.R. Muslim)

Dalil kesebelas

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ : صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلىٰ جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْهُ دُعَائَه۫ وَهُوَ يَقُوْلُ : اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَه۫ وَارْحَمْهُ وَعَافِه۪ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَ كْرِمْ نُزُلَه۫ وَوَسِّعْ مَدْخَلَه۫ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَـقَّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَـقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِه۪ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِه۪ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْ جِه۪ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. حَتّٰى تَمَنَّيْتُ اَنْ اَكُوْنَ اَنَا ذَلِكَ الْمَيِّتَ. وَفِى رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ الْقَبْرِ.  رواه مسلم
“Dari Auf bin Malik ra, berkata : Rasulullah saw, melasanakan shalat jenazah, maka aku menghafal do’a-do’a yang dibacanya ketika itu, (yaitu) : Ya Allah, ampunilah (kesalahan) nya, berilah rahmat kepada-nya, selamatkanlah dia dan ma’afkanlah dia. (Ya Allah) muliakanlah dan luaskan tempat tinggalnya serta mandikanlah dia dengan air, salju, dan kesejukan. (Ya Allah) bersihkanlah dia dari segala kesalahan seba-gaimana Engkau membersihkan pakaian (berwarna) putih dari kotoran. (Ya Allah) berikanlah kepadanya rumah yang lebih baik dari pada rumahnya ini, keluarga yang lebih baik dari keluarganya ini, dan jodoh yang lebih baik dari yang ada ini sebagai gantinya. (Ya Allah) masuk-kanlah ia ke surga dan jauhkanlah ia dari adzab kubur dan adzab neraka. Sehingga aku mencita-citakan kalaulah aku yang menjadi mayat itu”. Pada riwayat Muslim dari jalan (isnad) lainnya disebutkan : “Dan peliharalah ia dari fitnah kubur dan adzab neraka). (H.R. Muslim).

          Dalam hadits ini Rasulullah saw, mendo’akan kepada orang yang telah meninggal, seandainya do’a itu tidak sampai kepada orang yang telah meninggal itu, niscaya Rasulullah saw, tidak akan melakukan yang demikian itu.

Dalil kedua belas

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ: اِسْتَغْفِرُوْا ِلأَخِيْكُمْ وَسَلُوْالَهُ التَّثْبِيْتَ فَإِنَّهُ اْلآنَ يُسْأَلُ. رواه ابوداود              
“Adalah Nabi Muhammad saw. ketika telah selesai mengubur mayat, beliau berdiri sebentar dan berkata kepada sahabat-sahabat beliau : Mintakanlah ampun (kepada Tuhan) saudaramu ini, dan mohonkanlah agar ia tabah dan tetap, karena ia sekarang sedang ditanya”. ( H.R. Abu Daud ).

            Dari hadits ini dapat diambil pengertian bahwa do’a dari orang yang hidup bermanfa’at bagi orang yang telah meninggal. Kalau tidak ada manfa’atnya, kenapa Nabi saw, menyuruh supaya orang-orang memintakan ampun, mendo’akan dan memohonkan kepada Allah supaya si mayat tabah dan kuat menghadapi pertanyaan-pertanyaan dalam kubur. Jadi orang yang telah mati itu masih bisa mendapat pahala atau pertolongan dari orang-orang yang masih hidup.

            Sebenarnya masih banyak lagi bukti (dalil) bahwa amal saeseorang muslim dapat bermanfa’at bagi orang muslim lainnya yang telah meninggal dunia. Tetapi beberapa dalil di atas kiranya cukup bagi mererka yang ingin mendapatkan kebenaran. Semoga kita dapat mengamalkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar