Senin, 14 November 2016

Hukum mandi wiladah



Mandi wiladah (mandi sehabis melahirkan) adalah wajib. Akan tetapi sekalipun telah mandi wajib, statusnya tetap masih berhadats besar (belum suci). Dengan demikian, dilarang shalat, puasa. Sampai ia habis masa nifasnya dan mandi nifas.

Di bawah ini ada beberapa farwa ulama :

1. Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini

وَمِنَ الْأَسْبَابِ اْلمُوْجِبَةِ لِلْغُسْلِ اَلْوِلَادَةُ
Dan di antara sebab-sebab yang mewajibkan mandi ialah melahirkan. (Kitab Kifayatul Akhyar, Juz I, halaman 38)

2. Syaikh Zainuddin Al-Malibari

وَيَجِبُ اْلغُسْلُ أَيْضًا بِوِلَادَةٍ وَلَوْ بِلَا بَلَلٍ
Dan wajib pula mandi dengan sebab melahirkan sekalipun tidak basah. (Kitab Fathul Mu'in, halaman 10)

3. Al-Qadhi Ahmad Al-Ashfahani

وَالَّذِى يُوْجِبُ اْلغُسْلَ سِتَّةُ أَشْيَاءَ : ثَلَاثَةٌ تَشْتَرِكُ فِيْهَا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ وَهِيَ : إِلْتِقَاُء الْخِتَانَيْنِ وَإِنْزَالُ الْمَنِيِّ وَالْمَوْتُ. وَثَلَاثَةٌ تَخْتَصُّ بِهَا النِّسَاءُ، وَهِيَ : اَلْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَاْلوِلَادَةُ
Adapun hal-hal yang mewajibkan mandi berjumlah enam macam : Tiga macam berbarengan pada laki-laki dan perempuan, yaitu bertemunya dua khitan (hubungan suami istri), keluar sperma, dan kematian. Dan yang ketiga macam lagi khusus bagi perempuan, yaitu haid, nifas, dan wiladah (melahirkan). (Kitab Al-Ghayah Wat-Taqrib, halaman 4)

4. DR. Syaikh Musthafa Bagha

لِأَنَّ اْلوَلَدَ الْخَارِجَ مُنْعَقِدٌ مِنْ مَنِيٍّ، وَاْلغَالِبَ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهُ دَمٌ

Karena anak yang dilahirkan itu terjadi (berasal) dari sperma, lagi pula biasanya bersamaan dengan lahirnya anak tersebut, keluar pula darah. (Kitab At-Tadzhib Fi Adillati Matni Ghayah Wat-Taqrib, halaman 23)

1 komentar: