Sabtu, 05 Desember 2015

Bilal Jum'at, dasar hukum dan bacaannya



عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ سَعِيْدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

dari Ibnu Syihab berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Al- Musayyab bahwa Abu Hurairah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari Jum'at 'diamlah', padahal Imam sedang memberikan khutbah maka sungguh kamu sudah berbuat sia-sia (tidak mendapat pahala)." (H.R. Bukhari no. 934)

            Yang biasa diucapkan oleh bilal Jum'at adalah :

يَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ الله ......
رُوِيَ عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  اِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ اَنْصِتْ وَاْلاِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْت ...
اَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ الله ..... ( 3 )


Perbuatan tersebut (bilal) tidak tergolong bid'ah karena hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitab Tanwir Al-Qulub berkata:     

وَأَمَّا اتِّخَادُ الْمُرَقِّى فَحَدَثَ بَعْدَ الصَّدْرِ الْأَوَّلِ عَلىٰ أَنَّهُ وَرَدَ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ مَنْ يَسْتَنْصِتُ لَهُ النَّاسَ فِى خُطْبَةِ مِنٰى فِى حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَ هٰذَا شَأْنُ الْمُرَقِّى فَلَا يَدْخُلُ فِى حَدِّ الْبِدْعَةِ أَصْلًا، إِذْ فِى تِلَاوَةِ اْلآيَةِ (إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلٰى النَّبِيِّ) تَنْبِيْهٌ وَتَرْغِيْبٌ فِى اْلإِتْيَانِ بِالصَّلَاةِ عَلىٰ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى هٰذَا الْيَوْمِ الْعَظِيْمِ الْمَطْلُوْبُ فِيْهِ إِكْثَارُهُ. وَفِى قِرَاءَةِ الْحَدِيْثِ بَعْدَ اْلأَذَانَ (إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ أَنْصِتْ فَقَدْ لَغَوْتَ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَغَيْرُهُ إِيْقَاظٌ لِلْمُكَلَّفِ لِاجْتِنَابِ الْكَلَمِ اْلمُحَرَّمِ أَوِ الْمَكْرُوْهِ.وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ هٰذَا الْخَبَرَ عَلىٰ الْمِنْبَرِ فِى خُطْبَتِهِ. فَالْحَدِيْثُ الْمَذْكُوْرُ صَحِيْحٌ قَالَ الشَّبْرَامَلِّسِيُّ وَلَعَلَّهُ كَانَ يَقُوْلُ فِى ابْتِدَاءِ الْخُطْبَةِ لِكَوْنِهِ مُشْتَمِلًا عَلىٰ اْلأَمْرِ بِالْإِنْصَاتِ. (تنوير القلوب فى معاملة علام الغيوب : 179-180)   
Dan adapun menjadikan seorang muraqqi atau bilal pada shalat Jum'at baru dilakukan pasca abad pertama hijriyah. Namun sesungguhnya, Rasulullah Saw pernah menyuruh seseorang untuk meminta perhatian orang banyak agar menyimak khutbah beliau di Mina ketika haji Wada'. Inilah sebenarnya hakikat dari muraqqi itu. Sehingga pelaksanaannya sama sekali tidak dapat digolongkan sebagai bid'ah, karena dalam penyebutan ayat (yang artinya): "Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya membaca shalawat kepada Nabi", terdapat peringatan dan motivasi untuk selalu membaca shalawat kepada Nabi Saw pada hari yang agung ini, yang memang sangat dianjurkan membaca shalawat. Dan dalam pembacaan hadits riwayat Imam Muslim dan lainnya setelah adzan: "Apabila kamu berkata-kata kepada temanmu, padahal imam sedang berkhutbah, maka sungguh sia-sia Jum'at-mu". Hadits ini memberi peringatan kepada orang mukallaf untuk menjauhi perkataan yang haram ataupun perkataan yang makruh selama khutbah. Nabi Saw mengucapkan hadits ini ketika beliau menyampaikan khutbah di atas mimbar. Maka hadits tersebut adalah shahih. Al-Syabramallisi mengatakan, boleh jadi Nabi Saw mengeluarakan hadits itu pada awal khutbah karena mengandung perintah untuk diam dan tenang menyimak khutbah." (Tanwir al-Qulub fi Mu'amalati 'Allam al-Ghuyub, hal. 179-180)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar