Jumat, 04 Desember 2015

Berdzikir menggunakan tasbih

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ حَدَّثَنَا أَصْبَغُ بْنُ الْفَرَجِ أَخْبَرَنِى عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِى هِلاَلٍ عَنْ خُزَيْمَةَ عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيْهَا أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  عَلَى امْرَأَةٍ وَبَيْنَ يَدَيْهَا نَوًى أَوْ قَالَ حَصًى تُسَبِّحُ بِهِ فَقَالَ  أَلاَ أُخْبِرُكِ بِمَا هُوَ أَيْسَرُ عَلَيْكِ مِنْ هٰذَا أَوْ أَفْضَلُ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِى السَّمَاءِ وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِى اْلأَرْضِ وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا بَيْنَ ذٰلِكَ وَسُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ وَ اللهُ أَكْبَرُ مِثْلَ ذٰلِكَ  وَالْحَمْدُ لِلهِ مِثْلَ ذٰلِكَ  وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ مِثْلَ ذٰلِكَ
dari Khuzaimah dari Aisyah binti Sa'd bin Abu Waqqash dari ayahnya bahwa ia bersama Rasulullah saw menemui seorang wanita dan dihadapannya terdapat biji-bijian, atau kerikil yang ia gunakan untuk bertasbih (menghitung dzikirnya). Kemudian beliau bersabda: Maukah aku kabarkan kepadamu mengenai apa yang lebih ringan bagimu dari hal ini atau lebih baik? Yaitu mengucapkan; SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA FIS SAMAA'I, WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA KHALAQA FIL ARDHI, WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA BAINA DZALIK, WA SUBHAANALLAAHI 'ADADA MAA HUWA KHALIQUN. WALLAAHU AKBAR MITSLA DZALIK, WAL HAMDULILLAAHI MITSLA DZAALIK, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHI MITSLA DZAALIK. (Maha Suci Allah sebanyak apa yang Dia ciptakan di langit, Maha Suci Allah sebanyak apa yang Dia ciptaan di bumi, Maha Suci Allah sebanyak apa yang ada diantara hal itu, Maha Suci Allah sebanyak apa yang Dia ciptakan, Allah Maha Besar sebanyak itu, segala puji bagi Allah sebanyak itu, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah sebanyak itu). (H. R. Titmidzi no. 3916, Abu Daud dan Nasa'i)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا هَاشِمٌ وَهُوَ ابْنُ سَعِيْدٍ الْكُوفِىُّ حَدَّثَنِىْ كِنَانَةُ مَوْلٰى صَفِيَّةَ قَالَ سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تَقُوْلُ دَخَلَ عَلَىَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَبَيْنَ يَدَىَّ أَرْبَعَةُ آلاَفِ نَوَاةٍ أُسَبِّحُ بِهَا فَقُلْتُ لَقَدْ سَبَّحْتُ بِهَذِهِ. فَقَالَ  أَلاَ أُعَلِّمُكِ بِأَكْثَرَ مِمَّا سَبَّحْتِ بِهِ ». فَقُلْتُ بَلَى عَلِّمْنِى. فَقَالَ قُوْلِىْ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abdushshamad bin Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Hasyim yaitu ibnu Sa'id Al-Kufi telah menceritakan kepadaku Kinanah mantan budak Shafiyyah, ia berkata; aku mendengar Shafiyyah berkata; Rasulullah saw menemuiku sementara ditanganku terdapat empat ribu biji-bijian, yang aku gunakan untuk bertasbih (menghitung dzikirnya). Kemudian beliau berkata: Sungguh engkau telah bertasbih dengan ini? Maukah aku ajarkan kepadamu sesuatu yang lebih banyak pahalanya dari pada engkau bertasbih dengannya? Maka aku katakan; ya, ajarkan kepadaku. kemudian beliau bersabda: Ucapkanlah; SUBHAANALLAAH, 'ADADA KHALQIHI (Maha suci Allah, sebanyak jumlah makhluqNya). (H. R.Tirmidzi no. 3902)

            Dari dua hadits di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa menggunakan tasbih untuk menghitung dzikir itu diperbolehkan, sebagaimana para sahabat Rasulullah menggunakan biji-bijian untuk menghitung dzikirnya, dan nabi yang ada di hadapannya tidak pernah melerangnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar