Kamis, 03 September 2015

Hukum Minum Sambil Berdiri Dalam Islam




Hadits-hadits yang berkenaan dengan soal minum sambil berdiri ini, terdapat dua versi. Ada yang membolehkan ada pula yang melarangnya.

Diantara hadits yang membolehkan adalah : 

عَنِ النَّزَّالِ قَالَ أَتَى عَلِىٌّ بَابَ الرَّحَبَةِ ، فَشَرِبَ قَائِمًا فَقَالَ إِنِّى رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ كَمَا رَأَيْتُمُونِى فَعَلْتُ
Dari An-Nazzal bin Sabrah, ia berkata : Saidina Ali mendatangi Babur Rabahah (di Kufah), lalu beliau minum sambil berdiri dan berkata : Sungguh aku telah melihat Nabi saw berbuat sebagaimana kalian telah melihatku berbuat ( H. R. Bukhari no 5615).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرِبَ مِنْ زَمْزَمَ وَهُوَ قَائِمٌ.
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah saw minum air zam-zam sambil berdiri (H. R. Muslim no. 5401)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كُنَّا نَأْكُلُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ نَمْشِى وَنَشْرَبُ وَنَحْنُ قِيَامٌ.
Dari Ibnu Umar, beliau berkata : Kami (para sahabat) pada masa Rasulullah saw makan sambil berjalan kaki dan minum sambil berdiri. (H. R. Tirmidzi no. 2000 dan Ibnu Majah no. 3426)

Dan hadits-hadits yang melarang minum sambil berdiri antara lain adalah :

عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الشُّرْبِ قَائِمًا.
Dari Abi sa'id Al-Khudri, bahwasanya Rasulullah saw telah melarang minum sambil berdiri. (H. R. Muslim no. 5397 dan Ibnu Majah no. 3550)

أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ قَائِمًا فَمَنْ نَسِىَ فَلْيَسْتَقِئْ
Bahwasanya ia mendengan Abu Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda : Janganlah sekali-kali di antara kalian minum sambil berdiri. Barang siapa yang terlupa, maka muntahkanlah. (H. R. Muslim no. 5398)
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ  أَنَّهُ نَهَى أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِمًا. قَالَ قَتَادَةُ فَقُلْنَا فَالْأَكْلُ فَقَالَ ذَاكَ أَشَرُّ أَوْ أَخْبَثُ
Dari Qatadah, dari Anas, dari Nabi saw bahwasanya beliau telah melarang seseorang minum sambil berdiri. Qatadah berkata, lalu kami bertanya : Bagaimana kalau makan sambil berdiri? Anas bin Malik menjawab : Itu lebih jelek atau lebih buruk. (H. R. Muslim no. 5393).

Karena hadits-hadits Nabi saw tersebut terdapat dua versi, yang kelihatannya antara yang satu dengan yang lain kontradiksi, ada sebagian ulama yang memandang rumit dalam memahaminya.

Akan tetapi menurut Imam Nawawi (salah seorang pakar hadits) sebenarnya hadits-hadits itu tidaklah kontradiksi antara yang satu dengan yang lainnya, dan tidak pula rumit untuk dipahami. Lebih lanjut beliau berkata :

اِعْلَمْ أَنَّ هَذِهِ الْأَحَادِيث أَشْكَلَ مَعْنَاهَا عَلَى بَعْض الْعُلَمَاء حَتَّى قَالَ فِيهَا أَقْوَالًا بَاطِلَة ، وَزَادَ حَتَّى تَجَاسَرَ وَرَامَ أَنْ يُضَعِّف بَعْضهَا ، وَادَّعَى فِيهَا دَعَاوِي بَاطِلَة لَا غَرَض لَنَا فِي ذِكْرهَا ، وَلَا وَجْه لِإِشَاعَةِ الْأَبَاطِيل وَالْغَلَطَات فِي تَفْسِير السُّنَن ، بَلْ نَذْكُر الصَّوَاب ، وَيُشَار إِلَى التَّحْذِير مِنْ الِاغْتِرَار بِمَا خَالَفَهُ ، وَلَيْسَ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيث بِحَمْدِ اللَّه تَعَالَى إِشْكَال ، وَلَا فِيهَا ضَعْف ، بَلْ كُلّهَا صَحِيحَة ، وَالصَّوَاب فِيهَا أَنَّ النَّهْي فِيهَا مَحْمُول عَلَى كَرَاهَة التَّنْزِيه . وَأَمَّا شُرْبه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَبَيَان لِلْجَوَازِ ، فَلَا إِشْكَال وَلَا تَعَارُض ، وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ يَتَعَيَّن الْمَصِير إِلَيْهِ
Ketahuilah, bahwasanya hadits-hsdits ini telah dipandang rukit maknanya oleh sebagian ulama sehingga ia berkata ketika menerangkan dengan perkataan-perkataan yang keliru dan membuat tambahan-tambahan sehingga berani melemahkan sebagian dari hadits-hadits itu dan tidak mau memperdulikannya lagi. Sebenarnya hadits-hadits itu tidak rumit untuk dipahami, dan hadits-hadits itu tidak ada yang lemah (dha'if), namun semuanya sahih. Yang benar dalam memahami hadits-hadits itu adalah, bahwasanya larangan yang terdapat dalam hadits-hadits itu dipertangguhkan atas mahruh tanzih, sedangkan minumnya Nabi saw sambil berdiri untuk menjelaskan kepada umatnya bahwa minum sambil berdiri itu hukumnya boleh. Dengan demikian, tidaklah rumit memahaminya, dan tidak ada pula kontradiksi antara hadits yang satu dengan yang lainnya. Apa yang kami tuturkan ini semestinyalah dijadikan pegangan. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XIII, halaman 195).

Ringkasnya,minum sambil berdiri itu hukumnya boleh, namun sebaiknya dilakukan sambil duduk.

Imam Nawawi dalam kitabnya ketika menuliskan hadits-hadits yang berkaitan dengan etika minum, membuat judul bab sabagai berikut :

بَابُ بَيَانِ جَوَازِ الشُّرْبِ قَائِمًا وَبَيَانِ أَنَّ اْلأَكْمَلَ وَاْلأَفْضَلَ الشُّرْبُ قَائِدًا
Bab ini menerangkan bolehnya minum sambil berdiri dan menerangkan pula bahwasanya lebih sempurna dan lebih utamanya minum sambil duduk. (Kitab Riyadush Shalihin, halaman 361)

Bahkan Imam Waliyullah Ad-Dahlawi,mengungkapkan sebagai berikut :

(قُلْتُ) عَلَيْهِ أَكْثَرُ أَهْلِ اْلعِلْمِ، رَأَوْا نَهْيِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الشُّرْبِ قَائِمًا نَهْيِ أَدَبٍ وَإِرْفَاقٍ، لِيَكُوْنَ تَنَاوُلُهُ عَلَى سُكُوْنٍ وََطْمَأْنِيْنَةٍ فَيَكُوْنُ أَبْعَدَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ مِنْهُ فَسَادٌ
Saya berkata : Pendapat bolehnya minum sambil berdiri itu adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan ulama. Mereka memandang larangan Nabi saw mengenai minum sambil berdiri itu adalah larangan yang berkenaan dengan etika dan sopan santun agar minumnya ada dalam keadaan tenang, sehingga akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. (Kitab Al-Musawwa, juz II, halaman 390)

Dengan demikian, pendapat yang mengatakan minum sambil berdiri itu hukumnya haram adalah pendapat yang tidak benar mernurut syara'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar