Kamis, 06 Agustus 2015

HARI RAYA IDUL FITRI





      Ada ulama yang menjelaskan , bahwa hikmah di balik/yang terkandung di dalam hari raya di dunia sekaran ini,adalah merupakan penggugah/ mengingatkan kita, tentang adanya hari raya nanti di akhirat. Maka ketika kita perhatikan tingkah polah manusia, setengahnya ada yang berangkat dengan jalan kaki, ada yang berkendaraan, ada yang berpakaian bagus dan ada pula sebaliknya,  dan  dari  mereka ada pula yang bermain-main dan tertawa di tengah jalan, dan kemungkinan ada pula yang sedih menangis, maka semua itu menggugah ingatan kita nanti di hari kiamat dalam menempuh perjalanan kita masing-masing.

      Setiap muslim pada umumnya merindukan datangnya hari raya terutama hari raya idul fitri, sebab selesai menunaikan ibadah puasa selama 1 bulan, maka harapannya segala dosa akan diampuni oleh Allah swt.

      Dalam sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud ra. nabi saw. bersabda : “Ketika umat Islam berpuasa Ramadhan, lalu keluar menuju (tempat) shalat hari raya, maka Allah berfirman : Hai para malaikat-Ku, setiap buruh pasti mengharap upah/gajihnya, dan hamba-hamba-Ku yakni orang-orang yang berpuasa Ramadhan, lalu keluar melaksanakan shalat ‘id, mereka menuntut upah/pahala mereka, untuk itu saksikanlah bahwa Aku benar-benar telah mengampuni mereka. Kemudian terdengarlah panggilan : Hai umat Muhammad, kembalilah ke rumahmu masing-masing. Aku telah menukar segala keburukan-mu dengan amal bagus. Allah swt. berfirman : Hai hamba-hamba-Ku, kalian telah berpuasa untuk-Ku, berbuka juga karena-Ku, untuk itu tegak bangunlah, kalian telah diampuni.”

      Dalam sebuah hadits lain disebutkan : “Pada hari raya fitri, Allah menugasi para malaikat supaya turun ke bumi, lalu merekapun turun ke setiap negeri/daerah, seru mereka : Hai umat Muhammad, keluarlah kalian menuju (ampunan) Tuhanmu Yang Mulai. Dan ketika mereka nampak berangkat ke mushalla/tempat shalat mereka, Allah swt. berfirman : Kalian saksikan hai para malaikat-Ku, bahwa telah Ku-jadikan pahala mereka pada puasa mereka menjadi keridhaan dan ampunan-Ku.”

      Dalam hari raya itu Iblis dan anak buahnya berusaha keras menggoda umat manusia supaya berpaling dari Allah, maka dalam hari raya itu, orang yang sehat otaknya, harus pandai mengekang diri dari segala macam nafsu sahwat, dan hal-hal yang bersifat larangan. Bahkan harus senan-tiasa dalam taat yang langgeng.

      Dari Wahab bin Munabbih ra. Nabi saw. bersabda : “Sesung-guhnya iblis terkutuk pada setiap hari raya ia menjerit, sampai-sampai para anggotanya atau bawahannya datang berhimpun di sisinya, sahut mereka : Hai tuan kami, siapakah yang membuat tuan marah, kami siap memporak-porandakannya. Jawab Iblis : Tiada apa-apa, tapi Allah benar-benar telah mengampuni kepada umat ini, dalam hari raya ini. Untuk itu, kalian harus memalingkan mereka supaya sibuk dengan segala macam makanan yang lezat-lezat, dan pelampiasan nafsu sahwat, mi-num arak, hingga Allah memurkai mereka.”

      Dalam sebuah cerita, adalah Shaleh bin Abdullah pada hari raya fitri berangkat ke tempat shalat, dan sekembali dari melaksanakan shalat ‘id, masuk ke rumah langsung menghimpun keluarganya/anak-anak dan istri-nya supaya menghampirinya, sedang pada lehernya dikalungi rantai besi, dan pasirpun ditaburkan pada kepala dan tubuhnya, ia menangis sekeras-nya. Lalu ia mengingatkan, sahutnya : “Hai, bapak shaleh, sekarang kan hari raya, hari penuh gembira, kenapa bapak berbuat seperti itu?.” Jawabnya : “Ya, aku tahu sekarang hari raya, namun aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Allah, supaya beramal untuk-Nya, dan akupun telah melakukannya. Tapi di balik itu, aku selalu bertanya diterima atau tidakkah amalku itu?.”

      Anas bin Malik ra. menjelas-kan, bahwa orang muk-min memiliki 5 hari raya, yaitu :

1. Setiap hari, di mana orang mukmin tidak dicatat berbuat dosa, berarti itulah hari raya baginya.
2. Hari, di mana ia meninggal dunia dengan membawa iman, syahadat dan benteng dari godaan setan/ tipu dayanya, berarti itulah hari raya baginya.
3. Hari, di mana ia melintas shirath, dan aman dari segala bahaya hari kiamat, aman dari tangan musuh-musuhnya, serta aman dari malaikat zabaniyah, berarti itulah hari raya baginya.
4.  Hari, di mana ia masuk surga, aman/bebas dari neraka Jahim, berarti itulah hari raya baginya.
5. Hari, di mana ia menikmati pandangan kepada Tuhannya, berarti itulah hari raya baginya.

      Hendaknya puasa kita supaya dapat diterima oleh Allah, dan mendapatkan ampunan-Nya se-perti isi hadits di atas,maka kita bayar zakat fitrah terlebih dahulu.

       Dalam sebuah hadits Anas bin Malik berkata, bahwa nabi saw. bersabda : “Puasa seseorang bergantung/melayang di udara/ antara langit dan bumi, hingga ditunaikan sedekah/zakat fitrah-nya. Dan apabila zakat fitrah itu sudah dibayarkan, maka Allah jadikan padanya dua sayap hijau, lau puasapun terbang dengan kedua sayap hijaunya langsung menuju langit ketujuh. Kemudian Allah menugasi (malaikat) supaya meletakkan puasa itu dalam sebuah lampu gantung dari sekian lampu-lampu gantung ‘Arasy, hingga pemiliknya datang/ menghampirinya.”

      Dalam sebuah hadits nabi saw. bersabda : “Siapa membayar zakat fitrah, maka ia diberi 10 perkara, yaitu :

1.   Tubuhnya   suci  dari  segala dosa
2.   Dibebaskan  dari siksa api neraka
3.   Jadilah puasanya diterima oleh Allah swt.
4.   Ia dipastikan masuk surga
5.   Bangkit  dari  kubur terasa aman/selamat
6.   Segala amal baiknya dalam tahun itu diterima
7.   Dipastikan memperoleh sya-faatku kelak di hari kiamat
8.   Melintas di atas shirath layak-nya seperti kilat menyambar
9.   Mizan/papan timbangan dime-nangkan dengan amal-amal bagusnya
10. Alah swt. menghapus nama-nya dari buku catatan golongan yang celaka

      Adapun waktu membayar zakat fitrah yaitu mulai awal puasa Ramadhan sampai sebelun shalat ‘idul fitri, menunjuk hadits riwayat Usman bin Affan ra. ia lupa tidak membayar zakat fitrah sebelum shalat ‘id, lalu ia membayar kifarat/tebusan dengan memer-dekakan budak. Dan sesudah itu, iapun segera menghadap nabi saw. sahutnya : Ya, rasul, aku terlupa tidak membayar zakat fitrah sebelum shalat ‘id, lalu kubayar dengan tebusan memer-dekakan seorang hamba sahaya. Jawab beliau : Hai Usman, jika engkau memerdekakan budak sejumlah 100 orang, pasti tidak bakal mencapai pahala membayar zakat fitrah tepat waktunya, sebelum shalat ‘id.

Bukanlah
disebut hari
raya  bagi  orang
yang   pakaiannya
baru, tetapi sesungguh
nya hari raya itu adalah
bagi  orang  yang
bertambah  ke
taqwaannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar