Minggu, 23 Agustus 2015

Berdiri untuk menghormat kiyai, ulama, pembesar



Sudah biasa di kalangan pesantren, apabila ada seorang kyai atau ulama  lewat, mereka berdiri untuk menghormati kyai tersebut. penghormatan ini dilakukan untuk menghormati ilmu dan kealiman kyai atau ulama tersebut. bagaimana hukum berdiri itu?

            Mayoritas ulama membolehkan berdiri untuk menghormat seseorang yang datang. Mereka berdalil dengan firman Allah swt :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيْلَ انشُزُوْا فَانشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 58 Al Mujaadilah 11)

            Ketika menjelaskan maksud ayat ini, Syeikh Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan :

ذَهَبَ جُمْهُوْرُ الْفُقَهَاءِ إِلٰى جَوَازِ الْقِيَامِ لِلْقَادِمِ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا مِنْ أَهْلِ الْفَضْلِ وَالصَّلاَحِ عَلىٰ وَجْهِ التَّكْرِيْمِ لِأَنَّ احْتِرَامَ الْمُسْلِمِ وَاجِبٌ وَتَكْرِيْمُهُ لِدِيْنِهِ وَصَلاَحِهِ مِمَّا يَدْعُوْا إِلِيْهِ الْإِسْلاَمُ لِأَنَّهُ سَبِيْلُ الْمَحَبَّةِ وَالْمَوَدَّةِ وَقَدْ قَالَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ (لاَتَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْأً وَلَوْ أَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلِيْهِ بِوَجْهِكَ). (روائع البيان فى تفسير آيات الأحكام، ج2 ص 545)
"Mayoritas ulama mengatakan bahwa boleh berdiri untuk (menghormat) orang yang datang (atau lewat), jika yang datang itu adalah orang Islam yang mulia dan baik, dengan tujuan untuk menghormatinya. Karena menghormati seseorang karena agama dan kebaikannnya termasuk perbuatan yang sangat dianjurkan oleh agama. Dan karena perbuatan itu merupakan jalan untuk menambah rasa cinta dan kasih sanyang . Nabi saw bersabda : Janganlah kamu meremehkan perbuatan baik (yang dilakukan seseorang), sekalipun (dalam bentuk) kamu berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (Rawaa-i' Al-Bayan fi tafsir ayat Al-Ahkam, juz 2, halaman 545)                                  

            Dalam kitab ta'lim muta'allim, Syeikh Zarnuji menerangkan :

وَمِنْ تَوْقِيْرِهِ تَوْقِيْرُ أَوْلاَدِهِ وَمَنْ يَتَعَلَّقُ بِهِ، وَكاَنَ أُسْتَاذُنَا شَيْخُ اْلإِسْلاَمِ بُرْهَانُ الدِّيْنِ صَاحِبُ الْهِدَايَةِ يَحْكِى أَنَّ وَاحِدًا مِنْ كِبَارِ أَئِمَّةِ بُخَارٰى كَانَ يَجْلِسُ مَجْلِسُ الدَّرْسِ وَكَانَ يَقُوْمُ فِى خِلاَلِ الدَّرْسِ أَحْيَانًا، وَسَأَلُوْهُ عَنْهُ وَيَقُوْلُ : إِنَّ ابْنَ أُسْتَاذِيْ يَلِعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ فِى السِّكَّةِ، فَإِذَا رَأَيْتُهُ أَقُوْمُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِأُسْتَذِيْ (تعليم المتعلم 9 )

Termasuk salah satu cara menghormati guru adalah menghormati anak-anaknya dan orang yang mempunyai hubungan dengannya. Guru kami Syaikhul Islam Burhanuddin pengarang kitab Al-Hidayah pernah berkata, bahwa seorang ulama besar dari Bukhara sedang duduk dalam suatu majlis pengajian, sekali ia berdiri dan duduk lagi. Ketika ditanyakan kepadanya mengenai sikapnya itu, ia menjawabnya " Sesungguhnya saya melihat putra guruku sedang bermain-main di jalanan bersama teman-temannya. Jika saya melihatnya maka saya berdiri, karena saya mengagungkan guruku". (Ta'lim Al-Muta'allim halaman 9)

            Lalu bagaimana dengan hadits yang seakan-akan menyatakan keharaman berdiri untuk menghormati seseorang?

عَنْ أَبِى مِجْلَزٍ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Dari Abi Miljaz, Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang senang dihormati orang lain dengan cara berdiri (ketika ia datang), maka bersiaplah untuk menempati tempatnya di neraka". (H.R. Abu Dawud).

            Mengomentari hadits ini, Syeikh Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan :

فَلَيْسَ فِيْهِ دَلِيْلٌ لَهُمْ، لِأَنَّ الرَّسُوْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لَمْ يُطْلِقِ اللَّفْضِ وَإِنَّمَا قَيَّدَهُ بِوَصْفٍ يَدُلُّ عَلىٰ الْكِبْرِيَاءِ وَحُبِّ الظُّهُوْرِ (مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ لَهُ النَّاسُ قِيَامًا) وَلَمْ يَقُلْ صَلَوَاةُ اللهِ عَلَيْهِ (مَنْ قَامَ لَهُ النَّاسُ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ) وَلاَ شَكَّ أَنَّ هٰذَا الْوَصْفَ لاَ يَنْطَبِقُ إِلاَّ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ الْمَغْرُوْرِ، وَالْفَرْقُ دَقِيْقٌ بَيْنَ هٰذَا اللَّفْضِ فَلاَ يَنْبَغِى أَنْ يُغْفَلَ عَنْهُ. (روائع البيان فى تفسير آيات الأحكام، ج2 ص 546)
"Hadits tersebut tidak dapat dijadikan dalil untuk melarang perbuatan ini. Karena Rasul saw tidak menyebutkan secara mutlak, tapi menggunakan kata-kata yang mengindikasikan adanya sifat-sifat sombong dan ingin dipuji, (barang siapa yang senang dihormati manusia dengan cara berdiri). Rasul saw tidak mengatakan (barang siapa yang dihormati manusia dengan cara berdiri, maka bersiaplah untuk menempati tempatnya di neraka). Tidak diragukan lagi bahwa penyebutan ini menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang sombong yang tertipu. Perbedaan antara dua kata ini sangat tipis, karena itu jangan sampai lengah". (Rawaa-i' Al-Bayan fi tafsir ayat Al-Ahkam, juz 2, halaman 546)

        Dibawah ini kami sajikan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengenai berdiri untuk menghormat seseorang yang dianggap mulya

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيْدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ أَنَّ أَهْلَ قُرَيْظَةَ نَزَلُوْا عَلىٰ حُكْمِ سَعْدٍ فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِ فَجَاءَ فَقَالَ قُومُوْا إِلٰى سَيِّدِكُمْ أَوْ قَالَ خَيْرِكُمْ فَقَعَدَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .......
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sa'd bin Ibrahim dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif dari Abu Sa'id bahwa penduduk Bani Quraidlah telah menetapkan hukum yang akan diputuskan oleh Sa'ad. Maka Nabi saw mengutus seseorang untuk memanggilnya, ketika dia datang beliau bersabda: "Berdirilah kalian untuk menghormati pemimpin kalian -atau beliau bersabda- orang terbaik kalian." Lalu Sa'd duduk di dekat Nabi saw, …….. (H.R. Bukhari No. 6262)

        Andai ada orang yang mengatakan bahwa dalam penghormatan terhadap seseorang terdapat pengagungan kepada seseorang itu sendiri sebagaimana pengagungan terhadap sesuatu yang disembah.  Maka tidaklah diragukan bahwa hal tersebut adalah kemusyrikan kepada Allah, namun kami tidak menjumpai  seorang pun yang melakukannya atau punya niatan seperti itu.

Dengan mengkaji illah atau sebab hukum yang bisa dijadikan sebagai landasan penilaian dalam masalah ini, sangatlah jelas bahwa orang yang memberikan penghormatan dengan cara berdiri terhadap seseorang tidaklah bermaksud dengan maksud-maksud di atas (penyembahan). Namun hanya bermaksud menghormatinya saja. Seperti yang telah tercantum dalam Al-Qur'an bahwa para malaikat tidak hanya berdiri bahkan bersujud kepada nabi Adam, tapi sujud para malaikat itu tidak dalam rangka penyembahan atau menyamakan nabi Adam dengan Allah swt tapi hanya sekedar penghormatan. Allahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar